MENGENAKAN topi dan kacamata serta kemeja panjang warna hijau army, Hadiyan Jamili Batubara, Ketua Kelompok Mekar, Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, tersenyum pada Minggu (30/12) pagi pekan lalu. Wajahnya tampak ceria. Maklum, pagi itu, Hadiyan dan sekitar 30 lebih anggota Kelompok Mekar tengah menanti kehadiran Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, bersama rombongan. Pada pagi menjelang siang itu, orang noor satu di anak usaha PT Pertamina (Persero) itu akan meresmikan Graha Pertamina EP, bangunan berukuran sekira 9 X 9 meter tersebut.

“Bangunan ini bantuan dari Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu. Mereka yang menyediakan material, kami berserta anggota Kelompok Mekar yang membangunnya,” ujar Hadiyan kepada Dunia-Energi di salah satu sudut bangdunan yang ada di ekowisata hutan mangrove yang dikelola Kelompok Mekar.

Hadiyan Jumadi Batubara, Ketua Kelompok Mekar. (Foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Menurut Hadiyan, keberadan ekowisata hutan mangrove seluas 60 hektare tersebut buah dari kepercayaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) I Stabat, Kabupaten Langkat terhadap Kelompok Mekar pada beberapa tahun lalu. Kelompok Mekar meneken kesepakatan perjanjian kerjasama kemitraan kehutanan dengan KPH Wilayah I Stabat. “KPH I melihat dan menilai bahwa kami serius dan komitmen dalam pengelolaan hutan mangrove ini, apalagi anggota kelompok kami adalah warga yang tinggal di sekitar hutan mangrove ini,” ujarnya.

Menurut Hadiyan, keberadaan ekowisata mangrove adalah komitmen anggota Kelompok Mekar. Mereka bersepakat bahwa menjaga hutan memberikan banyak manfaat bagi kelompok dan masyarakat di sekitar hutan mangrove, antara lain pelestarian lingkungan, pengembalian ekosistem kawasan pesisir, dan berdampak dampak ekonomi bagi masyarakat.

Sejak 2016, Kelompok Mekar mengembangkan lahan bekas areal kebun sawit dengan membangun menara pengawas, pos jaga, jungle track sepanjang 1,2 km secara bertahap, dan gapura Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang. “Pertamina EP juga mendukung pengembangan ekowisata ini, termasuk pengembangan jungle track sekitar 900 meter,” katanya.

Hadiyan menjelaskan, konsep awal pengembangan hutan mangrove fokus pada penghijauan kembali kawasan hutan bakau yang telah punah dirambah secara liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Setelah kalkulasi plus-minusnya, Kelompok Mekar memutuskan untuk mengembangkannya jadi objek wisata mangrove. “Dalam kegiatan ini kami juga mengikutsertakan berbagai pihak, di antaranya dari Pemerintah Kabupaten Langkat, Kelompok Tani, dan Pertamina EP,” katanya.

 

Pengunjung hutan mangrove Lubuk Kertang naik perahu. (foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Menurut dia, para pengunjung hutan mangrove ini ramai pada akhir pekan. Para pengunjung menikmati keindahan alam yang masih alami. Mereka juga disuguhi dengan berbagai aneka kuliner khas masyarakat Lubuk Kertang. “Untuk memasuki kawasan hutan mangrove ini setiap pengunjung dikenakan tiket per orang berkisar Rp 2.000 per orang dan parkir motor Rp3.000 serta mobil Rp5.000,” ujarnya.

Objek wisata mangrove di Desa Lubuk Kertang ini buka pukul 08.30-18.00 WIB. Pengunjungnya tidak saja masyarakat lokal di sekitar lokasi, juga dari luar kota. Mulai anak-anak, remaja, pemuda sampai orangtua terlihat berduyun-duyun membawa sanak keluarga menikmati keindahan wisata mangrove. Sesekali pengunjung bis melihat monyet-monyet kil bermain dari satu ranting ke ranting lain. “Ada beberapa juga dari pengunjung naik perahu untuk mengelilingi areal hutan mangrove. Kami ada perahu yang disediakan nelayan. Harganya juga tak terlalu mahal, Rp20 ribu. Skemanya bagi hasil dengan pemilik perahu,” ujarnya.

Pertamina EP membangun sepanjang 900 meter jungle track di areal ekowisata hutan mangrove Lubuk Kertang. (Foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi).

Untuk menuju kawasan wisata mangrove Lubuk Kertang relatif gampang. Anda bisa menggnakan transportasi apa saja: sepeda motor, mobil pribadi, bus wisata, taksi dan lain-lain. “Dari Pangkalanbrandan sekira 35 kilotemer atau sejaman,” ujarnya.

Gondo Irawan, Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu Field Manager, mengapresiasi komitmen Kelompok Mekar dalam menjaga keberadaan hutan mangrove Lubuk Kertang. Karena komitmen kelompok itulah Pertamina EP Pangkalan Susu mendukung kegiatan mereka. Apalagi, sesuai visi dan misi perusahaan, menurut Gondo, Pertamina EP dalam kegiatan operasinya di Tanah Air selalu mengedepankan pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan selalu menjadi prioritas terdepan, selain tugas utama eksplorasi dan eksploitasi.

Gondo menjelaskan pengembangan ekowisata mangrove di Desa Lubuk Kertang merupakan salah satu bentuk sinergi antarinstitusi, yakni kerjasama Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu Field dengan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Wilayah I Stabat, Langkat. Apalagi Lubuk Kertang merupakan salah satu daerah operasional Pertamina EP Field Pangkalan Susu sehingga keberhasilan pengembangan ekowisata hutan mangrove perlu terus dikembangkan dan secara bertahap bisa menjadi pusat rekreasi dan edukasi mangrove.

“Kami berharap keberadaan hutan mangrove ini terus lestari. Selain menjadi pusat rekreasi dan edukasi, keberadaan hutan mangrove ini juga bisa memberikan tambahan pendapatan bagi Kelompok Mekar dan juga sumber PAD bagi Pemerintah Kabupaten Langkat,” ujarnya.

Menurut dia, Pertamina EP telah berkontribusi untuk membantu pengembangan infrastruktur Kelompok Mekar hampir Rp450 juta. Bantuan yang diberikan Pertamina EP Pangkalan Susu kepada Kelompok Mekar antara lain studi banding bagi anggota bag Kelompok, material untuk pembuatan tracking, material untuk posko informasi dan pembangunan galeri, serta sign board Lubuk Kertang.

“Dari informasi yang saya terima, pada 2018 pendapatan Kelompok Mekar sudah mencapai Rp 300 juta lebih, naik signifikan dibandingkan 2017 yang baru Rp150 juta. Semoga pada 2019, pendapatan Kelompok Mekar dari pengelolaan hutan mangrove akan terus bertambah,” ujarnya.

Bustami, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) I Stabat, menjelaskan Kelompok Mekar yang merupakan pengelola kawasan mangrove, sudah berikrar dan telah menandatangani perjanjian kerjasama kemitraan kehutanan dengan KPH Wilayah I Stabat. Kelompok Mekar diberi kepercayaan oleh KPH I Stabat melihat rekam jejaknya yang baik dalam pengelolaan hutan mangrove seluas 60 hektae tersebut. “Kelompok ini melibatkan masyarakat sekitar hutan sehingga KPH mendukung keberadaan kelompok tersebut,” ujarnya.

Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur Pertamina EP, mengapresiasi kegiatan CSR Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu di Lubuk Kertang. Pertamina EP juga mendukung kegiatan pelestarian lingkungan dengan menjaga hutan mangrove sebagai paru-paru dunia. Apalagi produksi PEP Pangkalan Susu itu dominan gas, relatif bersih apalagi zero flaring sehingga ada keuntungan reduce emisi. Kita dapat memanfaatkan flare gas untuk konservasi energi dengan mengembangkan hutan mangrove terhadap lingkungan menjadi lebih baik.

Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur Pertamina EP saat peresmian Graha Pertamina di Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Langkat, Minggu (30/12). (foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi).

“Kita harus terus berupaya mengimplementasikan nilai-nilai ketaatan dalam bisnis, penggunaan SDA yang efisien, dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dengan program pemberdayaan masyarakat harus terus ditingkatkan,” ujarnya. (DR)