JAKARTA – Realisasi produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi nasional dipastikan meleset dari target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)  2018. Data Kementerian Keuangan, mengungkapkan realisasi lifting minyak 2018 rata-rata hanya sebesar 776 ribu barel per hari (bph) dari  target 800 ribu bph. Realisasi lifting minyak 2018 juga lebih rendah dibanding 2017 sebesar 804 ribu bph dari target 815 ribu bph.

Untuk gas sebenarnya dipatok sebesar 1.200 mmscfd,

Realisasi lifting gas 2018 rata-rata  mencapai 1.136 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari target 1.200 MMSCFD. Realisasi 2018 juga dibawah realisasi 2017 yang mencapai 1.142 MMSCFD dari target sebesar 1.150 MMSCFD. .

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan faktor alami kondisi sumur yang sudah tua masih mendominasi atau menjadi biang kerok tidak tercapainya target lifting migas.

“Penurunan di Pertamina EP dan Rokan (Chevron),” kata Dwi ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Rabu (2/1).

Untuk produksi gas, penurunan produksi terbesar terjadi di Blok Mahakam.

Selain itu, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) berada diposisi US$ 67,5 per barel, jauh diatas realisasi tahun lalu yang mencapai US$51 per barel. Jauh lebih tinggi ketimbang target APBN 2018 sebesar US$ 48 per barel.(RI)