JAKARTA – Penurunan konsumsi listrik diperkirakan kembali akan terjadi pada masa lebaran tahun ini. Penurunan konsumsi diperkirakan mencapai 35% dari konsumsi listrik pada hari normal.

“Turun sekitar 30%-35% turun beban puncaknya,” Amir Rosidin, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN, di Unit Induk Pusat Pengatur Beban (UIP2B), Gandul, Kamis (23/5).

Amir mengatakan pemakaian listrik cenderung berkurang menyusul libur hari raya yang lebih dari satu pekan menyebabkan beberapa industri juga berhenti beroperasi.

“Karena banyaknya industri dan perkantoran yang libur, biasanya beban puncak menurun. Namun kami akan tetap pastikan suplai dan keandalan tetap terjaga,” ungkap dia.

Penurunan konsumsi terbesar diperkirakan akan terjadi pada sistem Jawa-Bali dengan penurunan beban puncak sebesar 56% hingga 60%.

Pada saat Lebaran nanti, daya mampu netto pembangkit sistem Jawa Bali adalah sebesar 34.716 MW sementara daya mampu pasok sebesar 27.817 MW jumlah ini cukup untuk melayani beban puncak lebaran yang diperkirakan mencapai 17.179 MW. Cadangan Operasi 10.637 MW dan Reserve Margin 62%.

Untuk sistem Jawa-Bali, PLN akan mematikan setidaknya 20 pembangkit listrik yang sebagian besar bertenaga Uap atau PLTU serta pembangkit bertenaga gas.

Selain untuk efsiensi, Amir mengatakan pembangkit yang dipadamkan akan dimanfaatkan untuk menjalani proses perawatan.

Menurut Amir, pada saat beban turun, beberapa pembangkit dengan kapasitas 10 ribu megawatt (MW) dipadamkan. “Pembangkit-pembangkit di Jawa dan Bali ini banyak. Ini lebih dari 20 pembangkit. Termasuk milik IPP (Independent Power Producer) juga ini. Yang punya IPP dipadamkan mereka sekalian pemeliharaan kecil-kecilan. Namanya simple inspection,” kata Amir.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap meskipun terjadi penurunan beban puncak, PLN tetap harus siaga dalam memasok kebutuhan listrik kepada masyarakat.

Sektor ESDM kata dia akan membuka Posko Lebaran sektor ESDM sejak H-15 Idul Fitri hingga H+15 Idul Fitri. Periode ini lebih panjang dibandingkan dengan posko nasional yang beroperasi dari H-7 sampai H+7 Idul Fitri.

“Berbeda dengan posko nasional, di sektor ESDM kita buka posko sejak H-15 sampai H+15 Idul Fitri. Ada kemungkinan sejak H-15 itu ada hal-hal yang perlu kita kerjakan lebih awal. Jadi kita mempersiapkan lebih awal 15 hari, dan mempersiapkan 15 hari setelah itu. Kami ingin benar-benar menjamin bahwa keandalan dan kesiapan pasokan listrik itu baik,” kata Arcandra.(RI)