JAKARTA– PT PLN (Persero), usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, membukukan kenaikan laba bersih tahun berjalan sebesar 66% menjadi Rp 10,5 triliun pada 2016 dibandingkan 2015 senilai Rp 6,1 triliun.

Peningkatan laba bersih didorong kenaikan pendapatan usaha sebesar 2,5% dari Rp 217,35 triliun menjadi Rp 22,82 triliun. Selain itu, efisiensi melalui penurunan beban keuangan menjadi Rp 18,7 triliun dari sebelumnya Rp 39,97 triliun memicu kenaikan laba bersih perseroan.

Laporan keuangan publikasi PLN dan entitas anak menyebutkan, sepanjang 2016 PLN mencatatkan penjualan tenaga listrik sebesar Rp 214 triliun, naik dibandingkan 2015 sebesar Rp 209,84 triliun. Penyambungan listrik kepada pelanggan juga naik menjadi Rp 7,05 triliun dari 2015 sebesar Rp 6,14 triliun.

PLN juga mendapatkan penerimaan dari subsidi listrik. Total subsidi listrik dari pemerintah yang diterima PLN pada 2016 sebsar Rp 60,4 triliun, naik dibandingkan 2015 sebesar Rp 56,56 triliun.

Namun, beban usaha perseroan sepanjang 2016 meningkat 12,8% enjadi Rp 254,45 triliun dari Rp 225,57 triliun. Komponen terbesar kenaikan beban usaha adalah pembelian tenaga listrik dari pihak ketiga (independent power producer/IPP).

Pada 2016, PLN membeli tenga listrik sebesar Rp 59,73 triliun, naik signifikan dibandingkan 2015 yang hanya Rp 4,42 triliun. Menariknya, PLN berhasil menekan pembelian bahan bakar minyak dan pelumas dari tadinya Rp 136,4 triliun pada 2015 menjadi Rp 109,49 triliun pada 2016.

Laporan keuangan PLN dan entitas anak juga memperlihatkan, perseroan berhasil menekan utang sepanjang 2016 menjadi Rp 393,6 triliun dari 2015 sebesar Rp 509,58 triliun. Ini terdiri atas utang jangka pendek sebesar Rp 121,62 triliun, turun dari 2015 sebesar Rp 120,14 triliun dan utang jangka panjang yang juga turun dri Rp 389,4 triliun menjadi Rp 272,15 triliun.

Di sisi lain, aset perseroan justru mengalami penurunan. Total aset PLN dan entitas anak hingga 2016 sebesar Rp 1.274,57 triliun, turun dari total aset 2015 sebesar Rp 1.314,37 triliun. Ini terdiri atas aset lancar sebesar Rp 100,97 triliun dari 2015 sebear Rp 79,34 triliun. Aset tidak lancar PLN dan entitas anak juga turun dari Rp 1.235 triliun menjadi Rp 1.173,6 triliun.

Adapun posisi kas dan steara kas perseroan dari awal 2016 sebesar Rp 23,59 triliun naik menjadi Rp 41,9 triliun pada akhir 2016. Posisi kas dan setara kas ini di akhir tahun naik dibandingkan 2015 sebear Rp 23,59 triliun, namun pada awal tahun masih di bawah 2015 sebesar Rp 27,11 triliun. (DR)