JAKARTA – PT PLN (Persero) bersiap mengkonversi pembangkit listrik berbahan bakar BBM menjadi pembangkit berbahan gas sesuai dengan penugasan dari pemerintah yang telah diatur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur LNG, Serta Konversi Penggunaan BBM dengan LNG Dalam Penyediaan Tenaga Listrik.

Djoko R Abumanan, Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN, mengungkapkan untuk menjalankan penugasan tersebut ada biaya yang harus disiapkan dan jumlahnya juga terbilang cukup besar, yakni mencapai Rp22 triliun.

“Itu kira-kira Rp22 triliun, melengkapi alat di 52 pembangkit, harus ada converter kit atau tangki-tangkinya,” kata Djoko di Jakarta, Rabu (29/1).

Menurut Djoko, nantinya PLN tidak harus sendiri dalam menyiapkan investasi tersebut melainkan bisa jadi akan dibantu dengan perusahaan Joint Venture (JV) yang akan dibentuk bersama dengan PT Pertamina (Persero) yang akan bersama-sama menjalankan tugas tersebut. “Tapi nanti EPC itu lah nanti PLN mau join juga,” tukasnya.

PLN dan Pertamina saat ini diketahui sedang menyusun pokok-pokok kerja sama (Head of Agreement/HoA) untuk menjalankan tugas pemerintah tersebut. Dalam beleid itu disebutkan, terdapat 52 pembangkit listrik dengan total kapasitas 1.697 MW yang perlu dikonversi ke gas. Kebutuhan gas seluruh pembangkit setrum ini diproyeksikan sebesar 166,98 miliar british thermal unit per hari (billion british thermal unit per day/bbtud). Dalam kajian PLN penggunaan gas ini akan mampu mengurangi penggunaan 1,6 juta Kiloliter BBM.

Baca juga  Konversi Pembangkit BBM ke Gas, PLN Klaim Hemat Rp 4 Triliun per Tahun

Namun demikian PLN juga berharap ada harga khusus yang diatur untuk pembangkit, minimal sama seperti dengan apa yang didapatkan oleh sektor industri yakni maksimal sebesar US$ 6 per MMBTU.

Menurut Djoko, dengan harga bahan baku yang murah maka listrik yang dijual ke masyarakat juga akan murah. Sehingga tidak perlu lagi ada rencana pengurangan subsidi kepada masyarakat tapi cukup dengan menetapkan harga gas. “Enggak perlu mengurangi subsidi, turunkan saja harga gas. Iyalah, (ingin US$ 6 per MMBTU) sekarang kami beli US$ 9,3 per MMBTU rata-rata untuk 55 kargo,” ujar Djoko.

Darmawan Prasodjo, Wakil Direktur Utama PLN, mengatakan PLN akan membeli LNG yang dipasok Pertamina. Besaran harga LNG masih dalam proses negosiasi. Nantinya kesepakatan negoisasi akan dituang dalam nota kerja sama. “Kami sedang menyusun head of agreement,” kata Darmawan.

Baca juga  Tidak Hanya Pasokan LNG, Pertamina Juga Ditugaskan Siapkan Infrastruktur untuk 52 Pembangkit Listrik PLN

Darmawan mengatakan PLN sudah melakukan pemetaan wilayah mana saja yang pembangkitnya bisa dikonversi ke gas. Hasil identifikasi itu bisa dilakukan pada lima wilayah yakni Sumatera, Kalimantan, Bali Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua. Identifikasi ini untuk memetakan perencanaan konstruksi pembangkit dan rencana pengoperasian pembangkit yang menggunakan BBM dan gas. “Tentunya ada masa transisi dari BBM ke gas. Kami bersama Pertamina sedang merancang sistem infrastruktur dan pasokan yang pas,” kata Darmawan.(RI)