GRESIK – Kelompok masyarakat penerima manfaat CSR PT Pertamina Gas (Pertagas), Komunitas Tuli Gresik (Kotugres), berhasil menciptakan puluhan desain fesyen selama pandemi. Karya desain tersebut merupakan tugas akhir dari seluruh rangkaian pelatihan fesyen yang difasilitasi Pertagas UPT Resources Centre Gresik dan sekolah fesyen Esmod Jakarta.

“Pelatihan untuk Kotugres ini menjadi salah satu wujud komitmen kami untuk mendorong dan memotivasi mitra binaan agar terus berkarya dan mampu beradaptasi di tengah pandemi,” ujar Fitri Erika, Corporate Secretary Pertagas, Rabu (14/10).

Karena pandemi, seluruh pelatihan yang awalnya direncanakan melalui tatap muka harus disesuaikan. Pertagas dan ESMOD Jakarta melakukan inovasi. Sebagian besar modul diubah ke dalam konsep daring.

Pelatihan fesyen dilakukan sejak tiga bulan lalu. Pada 20 Juli 2020, sebanyak enam dari 26 anggota Kotugres yang memiliki minat di bidang fesyen diikutsertakan dalam program tersebut, lainnya secara terpisah mendapatkan pelatihan di bidang kuliner dan kerajinan. Tidak hanya belajar tentang cara menjahit, anggota Kotugres juga mendapatkan pelatihan fesyen dan bisnis mode dari pengajar-pengajar Esmod.

Enam anggota kelompok fesyen Kotugres dibagi ke dalam 4 kelompok sesuai dengan area minat masing-masing. Ada yang berminat menghasilkan karya seragam, karya busana muslim, dan karya busana anak. Dalam presentasi tugas akhir, mereka diharuskan memaparkan bagaimana mereka menemukan ide, menuangkan ke dalam konsep desain, hingga mengimplementasikannya menjadi sebuah hasil akhir berupa produk baju siap pakai.

“Meski pelatihan sebagian besar lewat daring anak-anak pintar sekali, semua nempel dan diaplikasikan,” ujar Truly Hutagalung, Guru ESMOD Jakarta.

Alfa, salah satu peserta Kotugres memilih untuk memproduksi pakaian seragam sekolah elite. Meski baru belajar di dunia fesyen, karya Alfa berhasil memukau para guru. Menurutnya, dia ingin agar produk karyanya bisa diterima di sekolah-sekolah maupun perkantoran.

“Saya pakai brand Alfa yang berasal dari nama saya sendiri,” ujarnya melalui Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) yang diterjemahkan oleh penerjemah.

Sementara itu, Wilda yang melahirkan brand Ilda memilih untuk fokus ke karya busana muslim perempuan. “Harapannya bisa dijual di butik, bisa untuk santai dan acara formal,” ujarnya dalam Bisindo.

Selain mempresentasikan karya berupa desain dan produk jadi, mereka juga diminta mempresentasikan aspek bisnis dari produk yang dihasilkan.

“Kami ingin teman-teman Kotugres memiliki sense of business juga. Memilih materi produksi, menghitung biaya produksi hingga menentukan harga ritel terbaik dari produk mereka nantinya,” ujar Theresia Nastiti, Supervisor Sales Ambassador Esmod Jakarta,

Fitri Erika mengatakan pendampingan dan capacity building untuk Kotugres merupakan langkah awal untuk memotivasi anggota Kotugres menjadi mandiri ke depan.

“Tugas kami sebagai perusahaan adalah untuk memahami kebutuhan kelompok masyarakat sekitar operasi kami, mengelolanya lewat program kolaborasi tepat agar mereka bisa menemukan solusi atas masalah utama mereka, dan bisa berdikari di masa mendatang,” tandas Fitri Erika.(RA)