Sharm El Sheikh – Sebuah koalisi global untuk mendorong transisi menuju kendaraan nol emisi, Accelerating to Zero (A2Z), berhasil menggandeng 200 penandatangan untuk dengan cepat beralih ke transportasi nol emisi pada 2035 bagi negara maju dan 2040 secara global. Para penandatangan yang terdiri dari pemerintah, industri dan organisasi masyarakat sipil, tersebut mengumumkan komitmen yang lebih ambisius menuju kendaraan nol emisi, terutama mengingat sektor transportasi berkontribusi sekitar 20% dari emisi gas rumah kaca global.

“Transportasi darat menunjukkan tren positif menuju e-mobility, tetapi tetap harus segera dan sedrastis mungkin dipercepat untuk memenuhi target iklim global. Koalisi A2Z merupakan langkah baru yang kuat untuk menciptakan momentum dan menerapkan dukungan demi mewujudkan transportasi nol emisi,” kata Rachel Muncrief, Wakil Direktur International Council on Clean Transportation, Jumat (18/11).

Pengumuman mengenai komitmen ini juga ditandai dengan publikasi dari BloombergNEF bertajuk “Zero-Emission Vehicles Factbook” yang mengungkapkan bahwa sejak COP26, penjualan kendaraan listrik tahunan telah sesuai jalur. Laporan BNEF menunjukkan, penjualan kendaraan listrik global tahun 2022 sekitar 10,6 juta unit; tahun 2021 sebanyak 6,6 juta unit; dan 3,1 juta unit pada 2020.

Laporan BNEF menyebutkan, 13,2% mobil baru yang terjual secara global pada semester pertama 2022 adalah mobil listrik. Persentase itu naik dari 8,7% tahun 2021, yang juga meningkat dari 4,3% pada 2020.

Adopsi kendaraan listrik dan fuel cell vehicle diproyeksikan dapat mencegah penggunaan hampir 1,7 juta barel BBM per hari pada 2022, naik dari 1,5 juta barel per hari tahun 2021. Angka ini berarti sekitar 3,8% dari total permintaan. Sementara, kapasitas produksi baterai lithium-ion global juga meningkat 38% sejak 2021, dari 540GWh menjadi 806GWh.

Meski demikian, ahli iklim menilai, penjualan dan transisi ke kendaraan listrik perlu dipercepat lima kali lipat untuk kendaraan penumpang, 10 kali lipat untuk bus listrik, dan jauh lebih cepat lagi untuk angkutan barang.

Monica Araya, ahli mobilitas internasional dan tim inti A2Z, menyatakan bahwa transportasi nol emisi adalah masa depan. “Sangat penting untuk menaikkan ambisi penghasil emisi sekaligus menggerakkan dukungan bagi negara berkembang. Di Drive Electric, kami menyambut baik dan mendukung koalisi negara maju dan berkembang, pemerintah dan manufaktur, kota dan masyarakat sipil yang mengejar percepatan,” kata Araya.

Koalisi A2Z menghubungkan organisasi transportasi nol emisi terdepan di dunia. Koalisi ini juga menciptakan platform yang mendukung pemahaman, pengembangan, dan penerapan kebijakan, rencana transportasi nol emisi yang ambisius, serta menunjukkan kepemimpinan. Tak hanya menyasar transportasi darat, Koalisi A2Z dan mitra juga menargetkan percepat transisi kendaraan medium dan heavy duty nol emisi.

Meski secara global penjualan kendaraan listrik mengalami peningkatan, namun pertumbuhan penjualan itu tidak merata di seluruh negara. Di lebih dari setengah pasar global mobil, pangsa pasar kendaraan listrik masih di bawah 10%. Sekitar 30% pasar mobil global merupakan negara dengan pangsa pasar kendaraan listrik hanya 1-3%. Hal ini berarti lebih dari 40% kendaraan bermesin pembakaran masih beroperasi di negara berkembang pada 2035.

Padahal, emisi transportasi darat terus naik setelah dunia pulih dari pandemi COVID-19. Pada 2022, emisi transportasi darat diperkirakan 3% lebih dari 2021, yakni 6,3 GtCO2. Kendaraan nol emisi dapat menekan kenaikan emisi ini. Tahun 2022, kendaraan listrik diprediksi mampu memangkas emisi sekitar 152 MtCO2.

Koalisi A2Z merupakan kemitraan Presidensi COP26 Inggris, Climate Change High-Level Champions, International Council on Clean Transportation, Climate Group, dan Drive Electric Campaign. Koalisi A2Z membangun pondasi penting dari Deklarasi Kendaraan Nol Emisi (Zero Emission Vehicles Declaration/ZEV Declaration) pada COP26. (RI)