Lelin Eprianto, Senior Vice President HSSE Pertamina. (Dudi Rahman/Dunia-Energi)

 

JAKARTA– Dalam upaya meningkatkan kualitas aspek Health Safety Security Environment (HSSE) PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, meluncurkan HSSE digitalisation. Ini merupakan evolusi termutakhir dari penerapan HSSE di dalam sebuah korporasi terlebih dalam sebuah perusahaan minyak dan gas bumi yang sangat mengedepankan aspek keselamatan kerja.

Lelin Eprianto, Senior Vice President HSSE Pertamina, mengatakan HSSE digitalistion merupakan bentuk digital dari sebuah aplikasi khusus yang diterapkan oleh korporat Pertamina yang menjadi sentral berbagai kegiatan HSSE mulai dari pengawasan. Dengan demikian, pelaporan dan tindakan jika terjadi suatu kejadian yang tidak diinginkan serta dikelola secara digital dan real time.

Accessibility dan kecepatan itu penting. jadi kalau industri 4.0 ada thread dari siber, karena ada foto video dalam waktu sama itu yang kita attract dalam HSSE digitalisasi,” kata Lelin saat berbincang dengan Dunia Energi di Jakarta baru-baru ini.

Program terbaru yang boleh jadi pertama kali diterapkan di Indonesia ini mulai diluncurkan Pertamina pada 19 Februari lalu. Dengan adanya HSSE digitalisation setiap pekerja Pertamina tidak perlu lagi khawatir untuk mengetahui panduan HSSE maupun ingin menerapkan HSSE di lingkungan kerja karena bisa langsung diaplikasikan saat itu juga.

Lelin memaparkan, kecepatan menjadi salah satu poin utama dari penerapan teknologi dalam implementasi HSSE di Pertamina sekarang. Dengan demikian, apabila ada suatu kejadian di lingkungan perusahaan maka seluruh insan Pertamina khususnya tim HSSE akan mengetahui tidak lagi dalam hitungan jam, tapi jauh lebih cepat.

“Kami punya ketentuan 12 jam dari kejadian harus ada laporan. Nah sekarang nanti ada report dalam hitungan detik. misalnya ada kebakaran di suatu tempat, harus ada hitungan detik (laporan),” ujar Lelin.

Fungsi dari aplikasi HSSE ini tidak hanya untuk melaporkan suatu kejadian. Akan tetapi jauh lebih luas. Dalam HSSE digitalisation mitigasi persoalan di lingkungan sekitar wilayah operasi juga sudah terbangun.

Lelin mencontohkan, dalam aplikasi sudah terpampang social mapping. Dengan begtu, perusahaan jika ingin melakukan kegiatan operasi seperti eksplorasi ataupun membangun fasilitas sudah mengetahui terlebih dulu karakteristik warga sekitar ataupun kecenderungan potensi kegiatan kriminal yang bisa mengancam keberlangsungan operasional perusahaan kedepannya. Ini tentu membantu unit lain di perusahaan untuk menetapkan strategi bisnis, baik itu ekspansi maupun kegiatan corporate social responsibility (CSR).

“Ada mapping social, jadi ada analisa kerawanan pengangguran, kepadatan penduduk, kualitas pendidikan. Jadi total ada 15 parameter. Jadi kalau ada rencana mau bikin pabrik dan lainnya bisa diketahui dulu,” paparnya.

Lelin menegaskan untuk mengembangkan HSSE digitalisasi ini Pertamina tidak menggunakan konsultan eksternal, melainkan dikembangkan oleh insan Pertamina. Artinya ada efisiensi tanpa harus meninggalkan kualitas. Kerjasama pengumpulan data sendiri dilakukan bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Geospasial.

“Kami tidak pakai konsultan. Yang laksanakan anak perusahaan PDSI. murah itu dan kita manfaatkan juga data dari Pertamina,” tandas Lelin. (RI)