JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengubah rencana pengembangan kilang Balikpapan dengan  mempertimbangkan menggandeng partner. Padahal sebelumnya Pertamina berencana mengembangkan sendiri salah satu proyek revitalisasi kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) tersebut.

Nicke Widyawati, Pelaksana Direktur Utama Pertamina, mengatakan opsi untuk menggandeng partner merupakan implementasi dalam strategi baru Pertamina untuk menyelesaikan proyek yang membutuhkan dana besar. Proyek revitalisasi kilang Balikpapan diperkirakan membutuhkan dana US$ 4 miliar.

“Kami buka juga partnership, melakukan partner selection,” kata Nicke di Jakarta, Rabu (23/5).

Nicke mengatakan meskipun akan menggandeng partner, proses pembangunan yang sudah berjalan tidak akan dihentikan. Proses pembangunan dan pemilihan partner  akan berjalan secara paralel.

“Kami jalan duluan saja, seperti Cilacap. Saudi Aramco ketika syarat semua sudah terpenuhi baru kemudian gabung, jadi kami jalan saja. Tidak ada keinginan menunda,” tegas Nicke.

Pengembangan kilang Balikpapan dimulai sejak 2017 dan ditargetkan rampung pada 2021. Saat ini sedang dilakukan bidding EPC contractor hingga Oktober akan ditetapkan pemenang.

Menurut Nicke, pada tahap awal penyaringan partner akan dilakukan market sounding seperti yang dilakukan pada kilang Bontang. Pertamina pun sudah menjalin sudah sejumlah komunikasi informal dari beberapa perusahaan yang berminat ikut serta mengembangkan kilang Balikpapan.

“Iya, ada tahun ini (market sounding). Tentu kami akan melihat semua aspek, harus dikaji. DPR juga minta untuk hati-hati memilih partner,” tukas Nicke.

Proses penetapan partner juga akan dibarengi dengan perhitungan valuasi aset yang akan dicatatkan untuk proses inbreng saham.

“Misalkan di Balikpapan diputuskan partnership, maka seluruh aset yang ada milik kami dan sudah dibangun, misal kan progres sudah sekian persen itu akan divakuasi. Itu menjadi nilai inbreng saham kami dengan partner tersebut jadi bukan pemerintah melakukan penyertaan modal,” papar Nicke.

Tidak seperti di Bontang, dalam berpartner di Balikpapan nanti Pertamina tetap akan menjadi pemegang saham mayoritas.

Dia menambahkan pilihan untuk menggandeng partner sebagai langkah yang rasional mengingat besarnya kebutuhan dana serta berbagai tugas dan target Pertamina dalam berinvestasi ke depan.

“Prinsipnya buka partnership seluas-luasnya, supaya infrastruktur ini tidak terhambat. Dan semua bisa paralel, maka kami buka partnership,” kata Nicke.(RI)