JAKARTA – PT Pertamina (Persero) membuka diri untuk melakukan ekspansi dalam proyek gasifikasi batu bara menjadi Demithyl Ether (DME) sebagai alternatif bahan bakar pengganti Liquefield Petroleum Gas (LPG).

Saat ini Pertamina tengah menjalin kerja sama krusial dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan menggandeng Air Product dalam proyek DME pertama di tanah air yang ditargetkan rampung pada 2025 mendatang.

Andianto Hidayat, Vice President Planning and Commercial RTC Pertamina, mengatakan potensi batu bara untuk dijadikan DME sangat mumpuni. Untuk itu sebenarnya tidak hanya bisa dikembangkan di satu lokasi, Pertamina mengharapkan ada kerja sama lain untuk mengembangkan fasilitas DME yang sama di beberapa lokasi.

“Sumatera dan Kalimantan adalah dua daerah yang kaya batu bara. Ini saatnya kita monetisasi cadangan kekayaan alam Indonesia semaksimal mungkin,” kata Andianto, dalam acara  DETalk yang digelar Dunia Energi, Selasa (9/3).

Menurut Andianto, batu bara secara teknologi bisa dimanfaatkan untuk produk-produk lain, tapi karena saat ini tujuannya untuk mengurangi impor LPG maka saat ini difokuskan untuk DME. Namun, katanya,  dengan tujuan menyasar market PSO atau subsidi maka Pertamina perlu mendapat payung hukum khusus agar bisa memasarkan DME di masyarakat.

“Saat ini Pertamina hanya punya payung hukum sebagai distributor LPG PSO, sehingga perlu ada perluasan payung hukum agar Pertamina bisa jadi single distributor untuk LPG PSO maupun DME PSO,” ungkap Andianto.

Ridwan Djamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, dalam sambutannya mengatakan peningkatan nilai tambah minerba sudah diamanatkan dalam undang-undang.

“Artinya kita tidak boleh lagi tidak melakukan nilai tambah. Presiden Jokowi butir pertama kita tidak lagi boleh mengandalkan pembangunan ekonomi berdasarkan komoditas, tapi harus berdasar inovasi dan ekonomi,” kata Ridwan.

Menurut Ridwan, isu hilirisasi batu bara adalah isu lama yang tidak pernah jadi, padahal sudah sejak 20 tahun lalu dibahas oleh pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Bahasa saya saat itu yang dilaksanakan sudah bagus, tapi kita tidak berdaya melaksanakannya. Kali ini semua pemain sudah bersatu, pemerintah sudah tegas dan badan usaha sudah komit,” kata Ridwan.(RI)