JAKARTA – Pemerintah diminta terbuka mengenai penyebab kecelakaan kebocoran gas beracun di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT. Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Mulyanto,  Anggota Komisi VII DOR  mendesak pemerintah untuk melaksanakan investigasi menyeluruh atas musibah yang menewaskan beberapa orang warga. Kjadian di Sorik Marapi merupakan kasus yang fatal, yang selama ini belum pernah terjadi dalam operasi PLTP di Indonesia.

“Investigasi teknis penting dilakukan pemerintah secara komprehensif, sehingga penyebab dasar bagi terlepasnya gas sulfur beracun dalam jumlah yang mematikan tersebut diketahui. Serta dapat dicarikan solusi penyelesainnya, agar hal yang sama dapat dicegah di kemudian hari,” kata Mulyanto, Senin (1/2).

Mulyanto mempertanyakan pelaksanaan sistem pengawasan kerja di perusahaan tersebut sehingga kecelakaan tersebut bisa terjadi. Sebab berdasarkan pengalaman operasi PLTP Kamojang selama 35 tahun, kasus tersebut tidak pernah terjadi.

Dalam operasi PLTP uap air bercampur dengan gas itu alami. Karena itu uap air tersebut harus dikelola sedemikian rupa dengan prosedur tertentu sebelum dilepas melalui cerobong uap, agar uap air yang dibuang ke lingkungan tersebut mememuhi batas aman.

“Jadi sangat penting sekali investigasi teknis komprehensif dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM,” tegasnya.

Mulyanto juga meminta hasil investigasi teknis untuk disampaikan Dirjen EBTKE saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, yang rencananya akan dilaksanakan Rabu, 3 Februari 2021.

Untuk diketahui DPR tengah menggodok RUU EBT, dimana salah satu sumber energi primer utamanya adalah panas bumi. Isu risiko keselamatan pembangkitan listrik, menjadi salah poin pengaturan penting dalam RUU EBT tersebut.

Indonesia sendiri memiliki kapasitas terpasang energi panas bumi sebesar 2.132 MW atau sekitar 9% dari potensi resources energi panas bumi yang sebesar 24 GW atau setara dengan 3% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional yang 70 GW. Ini adalah kapasitas terpasang PLTP terbesar No. 2 sedunia. Dengan potensi sumber daya yang ada, Indonesia berpeluang menjadi negara No. 1 yang memiliki kapasitas terpasang PLTP terbesar di dunia.

Mulyanto menilai bahwa pemerintah harus mengetahui penyebab sebenarnya kecelakaan ini. Karena yang terjadi di PLTP Mandailing Natal ini bisa menjadi bahan evaluasi pengembangan PLTP sebagai sumber energi alternatif.

Pemerintah harus bisa membangun komunikasi yang tepat mengenai insiden ini agar tidak berkembang berbagai isu, dugaan dan prasangka. Pemerintah harus mengantisipasi anggapan bahwa PLTP berbahaya.

“Sebab kalau sampai isi ini sampai menyebar maka upaya pengembangan PLTP sebagai sumber energi baru terbarukan bisa terhambat,” kata Mulyanto.

Pengembangan lapangan panas bumi Sorik Marapi oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dihentikan sementara akibat insiden masyarakat yang diduga terpapar gas H2S saat sedang dilakukan kegiatan buka sumur (well discharge) sumur SM T02 pada proyek panas bumi PLTP Sorik Marapi Unit II.

Berdasarkan laporan dari PT SMGP sekitar pukul 12.00 WIB pada Senin (25/1), dilakukan buka sumur dengan mengalirkan steam ke silencer untuk dibersihkan sebelum dialirkan ke PLTP. Namun sekitar pukul 12.30 WIB dilaporkan ada masyarakat yang pingsan. Pada saat itu, warga sedang berada di sawah yang berjarak sekitar 300 – 500 m dari lokasi sumur panas bumi.

Pada saat kejadian, seluruh alat gas detector yang ditempatkan tidak mendeteksi adanya gas H2S. SMGP memutuskan segera menutup kembali sumur.

Penanganan saat ini difokuskan untuk memberikan pertolongan kepada warga masyarakat terdampak. Status sementara terdapat 15 orang dirawat di RSUD Panyabungan dan lima orang meninggal dunia. SMGP telah melaporkan kejadian ini kepada instansi pemerintah terkait, pemerintah daerah, dan kepolisian. (RI)