JAKARTA – Tahun 2022 boleh jadi adalah salah satu tahun emas bagi PT PLN (Persero) untuk urusan pengembangan masyarakat dan pengelolaan lingkungan karena perusahaan mampu mengukir sejarah menyabet 15 proper emas. Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah sukses menyabet proper emas sebanyak itu. Bahkan Darmawan Prasodjo Direktur Utama PLN juga dinobatkan menjadi CEO Green Leadership Utama.

Raihan proper PLN bukan didapatkan melalui jalan pintas. Ada proses panjang yang mengiringi dimulai dari tingkat terbawah yakni berbagai program pengembangan masyarakat hingga terus meningkat ke level top management.
Komang Parmita, Executive Vice President Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (EVP K3L) PLN, menjelaskan manajemen sangat serius dalam berbagai rintisan program yang melibatkan pengembangan masyarakat. Ada proses panjang mulai dari memilih hingga program akhirnya dijalankan.

Menurut Komang untuk mencapai proper emas dilakukan tahap demi tahap. Melalui proper hijau harus comply dengan regulasi. Kemudian masuk ke proper hijau, lalu bagaimana sumber daya bisa seefiesien mungkin kemudian dicatat dan didokumentasikan secara frame-nya bisa dilihat dari tahun ke tahun sehingga inilah bekal untuk dapat proper hijau.

“Demikian juga lompatan dari proper hijau ke proper emas dilakukan upaya yaitu kegiatan sosial masyarakat atau CSR yang berkelanjutan yang memang mengempower masyarakat baik dari segi ekonomi, pendidikan, keehatan maupun pengembangan budaya, ini yang terus digalakkan di seluruh unit PLN. Ini terus berkembang yang disupervisi oleh holding,” jelas Komang dalam sesi diskusi bertajuk Green Leadership Membuka Jalan Menuju Proper yang digelar Dunia Energi, Kamis (19/1).

Selain Komang, hadir sebagai pembicara Direktur Produksi PT Pupuk Indonesia (Persero) Bob Indiarto, Corporate Secretary Pertamina Hulu Energi (PHE), Arya Dwi Paramita dan Vice President Pengelolaan Lingkungan dan Penunjang Tambang PT Bukit Asam Tbk Amaruddin.

Menurut Komang tidak mudah untuk meraih berbagai pencapaian di 2022 lalu pasalnya seperti diketahui sendiri wilayah operasi PLN tersebar secara luas hingga ke pelosok. Manajemen kata dia sudah berkomitmen untuk menjalankan program pengembangan secara merata, jadi tidak hanya terfokus di satu titik saja. Apalagi tugas utama perusahaan untuk menyalurkan energi harus tetap menjadi fokus.

Apalagi PLN juga dituntut untuk terlibat secara aktif dalam proses transisi energi sebagai salah satu upaya dalam menurunkan emisi karbon di sektor energi.

“Tantangan berupa demografi yaitu unit PLN tersebar dari sabang sampai merauke dari mianggas hingga pulau rote, bebeapa diantaranya adalah di lokasi 3T sehingga membutuhkan effort yang besar utk memastikan bahwa pengelolaan lingkungan tetap dilakukan dengan tetap mengedepanan amanah dalam menyediakan listrik untuk masyarakat,” jelas Komang.

PLN juga tidak melupakan tuntutan masyarakat dunia. Untuk itu dalam setiap program pemberdayaan masyarakat dan lingkungan terus disisipkan berbagai inisiatif untuk mendukung tuntutan untuk menjadi clean green company.
Untuk mencapai hal tersebut beberapa program disinergikan dengan penggunaan teknologi yang semakin efisien dan ramah lingkungan. Selain itu kebijakan early retirement pembangkit yang sudah tidak efisien memberikan peluang PLN untuk program renewable energy yang dalam proses pengadaan dan pengoperasiannya tentu melibatkan masyarakat sekitar.

“Dan tantangan dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini sehingga diperlukan upaya mitigasi dan adaptasi yang diwujudkan dalam bebrapa program baik untuk internal PLN maupun untuk eksternal di lingkungan sekitar,” ujar Komang.

Salah satu kunci sukses utama lainnya menurut dia dalam peningkatan kinerja proper, pertama tentu ada komitmen pemimpin perusahaan yang sangat concern dengan pengelolaan lingkungan dengan lingkungan yang sustain maka kegiatan usaha PLN juga akan dapat terus berlangsung. Kemudian penetapan dalam kinerja kepatuhan LH, kemudian ketersediaan sumber daya, PLN melakukan penguatan organisasi sekarang ada organisasi di bawah Board of Director (BOD) ada divisi K3L yang mengawal langsung pelaksanaan pengelolaan lingkungan, kemudian ada divisi transisi energi dan keberlanjutan ini adalah thinkthank bagaimana strategi pengelolaan lingkungan dan energi ke depannya dan ada divisi khusus untuk CSR.

“Divisi-divisi ini berperan penting dalam pengelolaan lingkungan. Kemudian program yang berkelanjutan, memiliki program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sumber daya maupun pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan hingga dapat mandiri. Stakeholder management, PLN tidak mungkin berdiri sendiri dalam pengelolaan lingkungan perlu ada kolaborasi dengan stakeholder, pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian LHK, masyarakat, LSM, perlu menjaga hubungan yang baik,” jelas Komang.

Sementara itu M. Denny T. Silaban, Sekretariat Proper yang juga Kepala Bagian Program, Evaluasi, Hukum, dan Kerjasama Teknik Direktorat Jendral PPKL Kementerian LHK, menjelaskan perusahaan yang mendapatkan Proper emas seperti PLN sudah melalui tahapan penilaian ketat berdasarkan beberapa indikator.

Core competency misalnya. Menurut Denny masing masing perusahaan harus memlilik departemen yang mendukung program itu bertahan dan berkelanjutan. Aspek aspek yang mendukung bagaimana produk itu hanya di miliki perusahaan dan tidak dimiliki kompetitor. Lalu bagaimana produk itu bisa sangat kompetitor. “Produk itu bisa menjadi sangat penting atau tidak bisa direplikasi oleh industri lain, kalaupun bisa direplikasi tapi hanya ada kemiripan,” jelas Denny.

Menurut dia pimpinan perusahaan maupun individu perusahaan itu bisa memahami core competency di perusahaannya sendiri. Bagaimana core competency-nya dipresentasikan oleh CEO nya sendiri itu yang dinilai dewan proper. kalau lihat hirarki, memiliki keunggulan sendiri. Core competency bisa diidentifikasi menjadi primer capabilities.

Kemudian manajemen perlu untuk mendorong industrial culture menjadi sustainable culture. Harus dipahami. Selain itu jangan lupa melihat perkembangan kebijakan di luar, pertimbangkan isu isu misalnya terkait renewable. “Inilah poin-poin yang harus dipahami oleh green leadership dalam enviromental itu sendiri,” kata Denny.