JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan seleksi tahap akhir calon direktur jenderal minyak dan gas bumi  untuk menggantikan Djoko Siswanto yang sejak beberapa bulan lalu dipindahkan menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN). Ada empat nama calon dirjen telah mengerucut untuk kemudian tiga nama diserahkan kepada Presiden Joko Widodo.

“Dari empat nama itu, tiga nama akan diserahkan ke TPA (tim penilai akhir),” ujar sumber Dunia-Energi yang mengetahui proses seleksi calon eselon I di Kementerian ESDM tersebut belum lama ini.

Empat nama yang mengikuti seleksi dirjen migas adalah beberapa nama yang saat ini bekerja di lingkungan Kementerian ESDM. Mereka adalah Ediar Usman  (Kepala Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisis ESDM), Setyorini Trihutami (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (Lemigas). Kemudian Patuan Alfon Simanjuntak, yang sekarang menjabat Direktur Bahan Bakar Minyak Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dan Andiani, Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi.

Ego Syahrial, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM tidak mau berbicara banyak terkait proses seleksi akhir yang kabarnya telah dilakukan beberapa hari lalu. “Belum, masih dievaluasi, ditunggu saja,” kata Ego kepada Dunia-Energi, Rabu (18/9), saat dicegat di kantornya.

Mamit Setiawan, Direktur Energy Watch, menilai tantangan dirjen migas nanti sangat berat. Kondisi industri migas harus diakui kurang menggembirakan, baik di sektor hulu maupun sektor hilir. Di hulu, produksi terus menurun dan kegiatan eksplorasi juga yang tidak meningkat. “Cadangan migas terus menurun dan iklim investasi yang kurang bagus,” kata Mamit.

Untuk menghadapi tantangan yang begitu besar, tidak hanya seorang dirjen yang bisa menyelesaikan itu semua. Dirjen Migas juga menjalin kerja sama dengan semua pihak agar permasalahan tersebut bisa teratasi. Dirjen harus menjadi leader dan komunikator yang baik agar tidak terjadi gap komunikasi dengan para pihak. “Dia harus jadi penyambung lidah kementerian,SKK Migas, BPH Migas agar semua informasi dan kebijakan diterima pelaku usaha dan masyarakat,” ujarnya.

Beberapa pekerjaan rumah yang harus bisa tetap berjalan baik di sektor hilir, konsumsi BBM meningkat. Lalu ada program BBM satu harga, dana kompenasasi ke PT Pertamina (Persero) terkait harga jual BBM lalu impor migas juga berpotensi naik terus tanpa adanya penemuan cadangan baru dalam jumlah besar.

“Fokus pastinya peningkatan produksi migas kita yang terus menurun serta memastikan iklim investasi bisa berjalan dengan baik. Selain itu kegiatan eksplorasi harus segera ditingkatkan,” kata Mamit.

Di sisi hilir, pekerjaan berat dirjen migas nanti adalah terkait dengan pengawasan penyaluran BBM dan pengurangan impor. “Dan ini yang paling penting menurut saya mensosialisasikan dan mewujudkan agar premium bisa dihilangkan dari Jawa, Madura dan Bali (Jamali),” kata Mamit.

Nanang Abdul Manaf, Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA), mengatakan sosok dirjen migas ke depan diharapkan dapat berkomunikasi dan berkoordinasi baik dengan pelaku industri hulu migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). ” (Dirjen Migas) Dapat menjadi fasilitator mewakili pemerintah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dan isu terkait dalam menjalankan kegiatan hulu migas oleh industri,” kata Nanang, yang juga Direktur Utama PT Pertamina EP kepada Dunia-Energi.(RI)