JAKARTA – PT PLN (Persero) memastikan penggunaan batu bara masih belum akan berkurang, paling tidak hingga 10 tahun mendatang. Kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik akan terus meningkat. Dalam proyeksi PLN. Untuk tahun ini saja diproyeksi jumlah batu bara yang diperlukan PLN mencapai 109 juta ton. Jumlahnya kemudian meningkat pada 2021 menjadi 121 juta ton lalu dan pada 2022 menjadi 129 juta ton.

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, mengungkapkan penggunaan batu bara masih belum bisa ditekan lantaran batu bara masih menjadi bahan baku paling murah yang bisa menghasilkan listrik murah juga. Selama sistem tersebut masih dianut maka alternatif bahan baku lainnya akan terus mendapatkan tekanan dari batu bara. Puncaknya dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028 hingga 2028 kebutuhan batu bara bisa mencapai 153 juta ton.

“Dengan kondisi Covid-19 kami perkirakan ada penurunan kebutuhan batu bara. RUPTL 2020-2029 pada 2028 tadinya 153 juta menjadi 141,42 juta ton turun sekitar 10 juta ton,” ujar Zulkifli di Gedung DPR, Selasa (25/8).

Dengan kebutuhan batu bara yang masih tinggi maka PLN berencana meningkatkan ekspansi langsung ke lahan tambang batu bara. Zulkifli tidak menampik bahwa PLN memiliki rencana jangka panjang untuk memiliki lahan tambang sendiri.

“Kami memerlukan jaminan pasokan. Salah satu caranya adalah dengan memiliki lahan tambang dengan persentase tertentu sesuai spesifikasi yang diperlukan,” kata dia.

Sejauh ini ada tiga strategi pengamanan pasokan batu bara melalui akuisisi lahan tambang dan infrastruktunya yang dijalankan PLN dan rencananya akan diperluas.

Pertama, akuisisi tambang untuk penyediaan batu bara PLTU Mulut Tambang. Program tersebut sudah berjalan di PLTU Mulut Tambang Jambi-1 berkapasitas 2 x 300 Megawatt (MW). Sebagian saham tambang dimiliki PLN Group dan saat ini telah berproduksi sebanyak 2,3 juta ton batu bara.

Program itu juga dijalankan untuk menopang PLTU MT Kalselteng-3 dengan kapasitas 2 x 100 MW dimana sebagian saham tambang dimiliki PLN Group dan saat ini dalam proses pembebasan dan sertifikasi lahan.

Stetegi kedua adalah program akuisisi tambang berikut infrastruktur pendukung. Tujuan strategi ini adalah untuk amankan pasokan dan efisiensi biaya penyediaan batu bara. Program ini sudah berjalan di Sumatra Selatan, yang mana PLN Group memiliki sebagian saham tambang. “Saat ini telah berproduksi sebesar 700 ribu ton,” ujar Zulkifli.

PLTU Meulaboh 3-4 dengan kapasitas 2×200 MW jadi salah satu implementasi strategi kedua ini. Sekarang sedang dalam tahap kajian oleh pihak independen untuk valuasi kondisi lahan tambang.

Ketiga, program kerja sama tambang untuk pemanfaatan batu bara lokal yang dekat dengan PLTU. Program ini dikerjakan di PLTU Nagan Raya 1-2. “Saat ini dalam tahap kajian oleh pihak ahli,” kata Zulkifli.(RI)