JAKARTA-Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bekerja sama dengan Saga University, Jepang akan mengembangkan pilot project Pembangkit Listrik Tenaga Ocean Thermal Energy Conversion (PLT OTEC) dengan kapasitas 5 MW di perairan Bali Utara.

Dadan Kusdiana, Kepala Badan Litbang ESDM, mengatakan pembahasan pengembangan pembangkit OTEC telah dilakukan bersama Deputi Direktur Ocean of Energy, Saga University, Jepang, Yasuyuki Ikegami di Jakarta pada 27 Juni. Saga University menyampaikan usulan pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil penelitian P3GL di perairan Bali Utara.

“Kami telah berkoordinasi dengan PT. PLN (Persero) untuk menyampaikan rencana kerja sama pengembangan pilot plant dan meminta dukungan untuk pelaksanaan kerja sama tersebut,” ujar Dadan dalam keterangan tertulis yang diterima Dunia-Energi, Sabtu (20/7).

OTEC merupakan bagian dari energi baru terbarukan yang bersumber dari perbedaan temperatur air laut yang mudah ditemukan pada perairan laut tropis. Teknologi OTEC selain menghasilkan pembangkit listrik, juga menghasilkan beberapa produk yaitu lithium, hidrogen, air mineral, pengembangan aquacultur, portable water.

Potensi OTEC di perairan Indonesia diprediksi menghasilkan daya sekitar 240.000 MW. Setelah dipetakan bahwa di Indonesia Bagian Timur memiliki nilai perbedaan temperatur yang lebih besar antara lain perairan Bali Utara dengan perbedaan lebih besar dari 20 derajat dibanding Indonesia Bagian Barat.

Perairan Bali Utara termasuk dalam wilayah Kabupaten Singaraja Provinsi Bali, daerah ini telah lama dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi industri pariwisata cukup baik, sedangkan sektor kelautan relatif lebih kecil. Saat ini pertumbuhan konsumsi listrik di Bali membutuhkan tambahan pasokan energi listrik sebesar 3.000 MW.

Hasil penelitian OTEC P3GL di Bali Utara menunjukkan perbedaan temperatur lebih dari 20 derajat pada kedalaman laut 500 s.d. 1.000 meter dengan permukaan (10 meter). Pada kondisi ini pembangkit listrik dapat menghasilkan listrik dari konversi panas laut yang menghasilkan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Para peneliti P3GL melakukan simulasi data hasil penelitian ini, dengan menggunakan data suhu permukaan laut pada kedalaman 10 meter sebesar 29,02 derajat Celcius, dan suhu pada kedalaman 700 meter rata-rata sebesar 5,75 derajat Celcius.

Profil temperatur merupakan nilai dari sebaran temperatur secara vertikal pada setiap lintasan pada masing-masing stasion pengukuran. Distribusi vertikal temperatur mengambarkan terjadinya penurunan suhu bersamaan dengan bertambahnya kedalaman pengukuran. Temperatur rata-rata sekitar 29,66 derajat Celcius di permukaan laut yang merupakan bagian dari lapisan mixed layer sampai kedalaman 100 meter.

Lapisan massa air terhadap temperatur terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan permukaan tercampur (mixed layer), lapisan termoklin (thermocline layer) dan lapisan dalam (deep water). Pada lapisan mixed layer suhu relatif sama. Kedalaman lapisan mixed layer berbeda-beda pada tiap-tiap stasiun pengukuran. Kisaran temperatur pada lapisan mixed layer berkisar antara 28,96-29,66 derajat Celcius.

Di bawah lapisan mixed layer terdapat lapisan termoklin dimana pada lapisan ini temperatur mengalami penurunan secara drastis bersamaan dengan bertambahnya kedalaman pengukuran. Ketebalan lapisan termoklin pada masing-masing stasiun pengukuran relatif sama yaitu sekitar 250 meter dari kedalaman 150 meter hingga pada kedalaman sekitar 400 meter, dengan kisaran temperatur rata-rata 5 derajat pada kedalaman 800 meter.

Di bawah kedalaman 450 m terjadi penurunan suhu yang relatif lambat, lapisan ini ditandai dengan bentuk profil temperatur hampir tegak yang disebut sebagai lapisan homogen. Temperatur lapisan homogen berkisar antara 4,80-8,17 derajat Celcius. (RA)