JAKARTA – PT Freeport Indonesia menegaskan pandemi Covid-19 tidak membuat aktivitas produksi konsentrat sekaligus transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah (underground) berhenti.

Tony Wenas, Direktur Utama Freeport Indonesia, mengatakan jika proses penyesuaian produksi harus dilakukan karena jumlah mobilisasi pekerja juga dikurangi untuk mendukung upaya pemutusan penyebaran virus Covid-19. Produksi harus tetap dijalankan agar tidak terjadi penumpukan.

“Bus kami, dari 50 orang menjadi 20 orang. Dari segi produksi tetap bisa dilakukan, supaya tak terjadi penumpukan. Jadi dilajukan adjustment (produksi) seperti normal,” kata Tony dalam diskusi kegiatan tambang di Tembagapura, Minggu (21/6).

Menurut Tony, jika Freeport berhenti melakukan penambangan maka tidak hanya perusahaan yang terkena imbas tapi perekonomian masyarakat Papua dan sekitar wilayah operasi juga bisa merasakan dampak. ” Kontrbusi roda perekonomain harus terus bergerak. Dengan Freeport sebagai obyek votal naisonal, kita tetap bisa hidup, karena kontribsui Freeport Indoensia merupakan 90% pendapatan daearh Mimika dan merupakan pendapatan 45% dari Papua,” ujarnya.

Selain itu, penghentian kegiatan operasi juga bisa berdampak pada proses transisi kegiatan tambang bawah tanah telah mulai dilakukan sejak tahun 2019. Anak usaha dari Mineral Industry Indonesia (MIND ID) menargetkan pada tahun depan tambang bawah tanah sudah dapat beroperasi sebesar 75% dari seluruh kapasitas. Kemudian ditargetkan bisa beroperasi penuh pada tahun 2022.

“Tahun 2022 100% beroperasi penuh. Tahun 2021 produksi 110 ribu ton perhari, lalu 160 ribu ton per-hari. Nah di tahun 2022 bisa 200 ribu ton per hari,” kata Tony.

Menurut Tony, jika aktivitas transisi tambang berhenti maka perusahaan akan mengalami kerugian luar biasa besar.

Dia menambahkan tambang bawah tanah adalah ambrukan dimana bijih diambil dari bawa dan memiliki drop point yang sudah dirancanh di dalam tanah sedemikian rupa.”Kalau berhenti maka ambruk total,” kata Tony.

Saat ini jumlah pekerja Freeport mencapai 25 ribu orang. Untuk itu guna memastikan kegiatan operasi tetap berjalan di masa pandemi protokol ketat diberlakukan.

“Ada divisi yang mengawasi physical distancing, pemakaian masker, cuci tangan, shower lebih sering lagi, seluruh jajaran, terutama di Tembagapura. Ini kata kunci. Kami bisa melakukan dengan efektif,” kata Tony.(RI)