JAKARTA – Semua negara harus segera beralih dari batu bara ke sumber energi baru terbarukan (EBT) untuk menghindari bencana perubahan iklim dan mencegah dampak kesehatan dari emisi batu bara, termasuk kematian dini. Negara-negara harus bekerja bersama menuju ekonomi netral karbon, dan Jepang harus memainkan peran kepemimpinan dalam melakukan hal itu.

“Ini sangat kontradiktif standar ganda yang diterapkan Jepang sekarang untuk proyek-proyek pembangkit listrik tenaga batu bara menyebabkan penyakit, kematian dini dan perubahan iklim. PFA Jepang seharusnya mendukung solusi energi terbarukan sebagai gantinya,” kata Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, dalam acara diskusi di Jakarta, Selasa (20/8).

Jepang adalah satu-satunya negara G7 yang masih aktif membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, baik di dalam maupun luar negeri, dan merupakan investor publik terbesar kedua di luar negeri di antara negara-negara G20 melalui lembaga keuangan publik (PFAs). Padahal, batu bara merupakan kontributor terburuk tunggal untuk perubahan iklim global, yang bertanggung jawab atas hampir setengah dari emisi karbon dioksida dunia. Selain itu, pembakaran batu bara melepaskan polutan udara mematikan yang menyebabkan penyakit serius dan kematian dini.

Greenpeace telah mengeluarkan laporan yang mengungkapkan konsekuensi mematikan dari standar ganda tersebut, dalam hal penyakit serius dan kematian dini yang disebabkan oleh polusi udara, dan mengevaluasi berapa banyak dari kematian itu dapat dihindari jika proyek-proyek yang didanai oleh Jepang di luar negeri menerapkan batas emisi yang sama seperti yang baru seperti pembangkit listrik tenaga batu bara di Jepang.

Energi terbarukan dan efisiensi energi semakin murah daripada membangun PLTU baru, energi terbarukan adalah solusi untuk perubahan iklim.
Mengikuti tren global, bank-bank swasta Jepang, perusahaan asuransi, dan perusahaan dagang telah mulai mengambil langkah pertama untuk membatasi investasi mereka dalam proyek-proyek pembangkit listrik tenaga batu bara. Namun, |embaga keuangan publik Jepang (PFA) masih berinvestasi besar-besaran di pembangkit listrik tenaga batu bara di negara lain.

Pemerintah Jepang dinilai harus mengambil tindakan segera untuk mengakhiri ini dan memastikan PFA-nya bergerak untuk mendanai solusi energi terbarukan daripada batu bara.

“Pemerintah Jepang harus segera menghentikan investasi PFA di pembangkit listrik batu bara di luar negeri yang batas emisinya melebihi batas yang diterapkan pada pembangkit listrik batu bara di Jepang dan mengalihkan investasinya pada energi terbarukan. Dengan mengakhiri standar ganda yang mematikan ini, ribuan nyawa bisa diselamatkan,” tandas Bondan.(RA)