JAKARTA– PT Energi Nusantara Merah Putih melalui dua anak usahanya, yaitu PT Pasifik Agra Energy dan PT Power Merah Putih, menggandeng Sinland Development PTE Ltd, perusahaan asal China, untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) dan stasiun penerimaan gas alam cair atau LNG Terminal Receiver di Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan dengan investasi sebesar US$ 980 juta atau sekitar Rp 13,03 triliun.

Westana H Wiraatmadja, Direktur Utama Energi Nusantara Merah Putih, mengatakan pembangunan PLTGU merupakan inisiatif perusahaannya untuk memenuhi kebutuhan listrik Kawasan Industri Bantaeng (KIBA), yang saat ini belum mendapat jaminan pasokan listrik.
“Proyek ini menempati lahan seluas 26 hektare-40 hektare. Nanti dibangun PLTGU berkapasitas 600 megawatt dan LNG Terminal Reciver dengan kapasitas 120 ribu-150 ribu kiloliter,” ujarnya.

Westana mengatakan pendanaan proyek, 30% berasal dari kas internal dan 70% dari perusahaan penyedia keuangan. Perusahaan memproyeksikan masalah keuangan (financial close ) bisa tuntas pada 2018 kemudian dilanjutkan dengan konstruksi yang targetnya selesai dalam waktu tiga tahun setelah financial close atau 2021.

“Selain pendanaan, kami saat ini masih menyelesaikan dua persoalan lain, yaitu izin pembangunan dan pasokan gas,” ujarnya.

PLTGU yang akan dibangun anak usaha Energi Nusantara Merah Putih membutuhkan pasokan gas sebanyak 600 ribu sampai 650 ribu ton per tahun. Namun, belum ada kejelasan asal pasokan gas.

Menurut kalkulasi Energi Nusantara Merah Putih terhadap harga gas dan keekonomian saat ini, harga jual listrik bisa di bawah US$ 0,10 atau sekitar US$ 0,098. Naun, hitungan tersebut bisa jadi berubah bila harga gas LNG kemudian naik.

Menurut rencana, listrik yang dihasilkan dari PLTGU hanya untuk memenuhi kebutuhan kawasan industri tersebut, yang mayoritas adalah fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter). Namun, jika kedepannya PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, menginginkan pasokan listrik dari PLTGU tersebut maka bisa disalurkan ke jaringan PLN. “Saat ini yang kami dapatkan tidak masuk jaringan PLN, hanya di kawasan industri saja. Apabila PLN ingin (pasokan listrik), kami akan menyambutnya,” ujarnya. (RI)