JAKARTA – PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) ENRG menunjukkan positioning kuat sebagai gas-focused upstream operator dengan struktur biaya efisien dan strategi ekspansi agresif.
Target produksi 25F sebesar ~56.000 BOEPD dinilai realistis seiring kontribusi aset baru dan optimalisasi lapanga. “Kedepannya ENRG akan terus
melakukan akuisisi aset berproduksi untuk menjaga keberlanjutan operasionalnya,” kata Andhika Audrey, Panin Sekuritas, Senin(16/6/2025).
Andhika menjelaskan potensi pertumbuhan ENRG didukung oleh stabilitas cash flow gas, monetisasi cadangan 2C menjadi 2P serta manfaat strategis dari swap gas domestik.
PT Energi Mega Persada Tbk merupakan Perusahaan upstream migas yang terintegrasi dan berbasis di Jakarta dimana hingga saat ini mengoperasikan 13 wilayah kerja di Indonesia dan Mozambique. Secara keseluruhan Perseroan memiliki cadangan minyak dan gas relatif besar yakni 431 MMBOE (2C: 219 MMBOE & 2P: 212 MMBOE) setara dengan 12,6 tahun umur 2P (MEDC: 10,6 tahun) yang diproduksi oleh 9 wilayah kerja dari 13 blok yang dimiliki (sisanya dalam tahap eksplorasi).
Produksi ENRG didominasi oleh gas (>80%), menjadikannya pemain strategis dalam transisi energi. Selain hulu migas, Perseroan juga mengelola infrastruktur energi seperti FSRU, FSO dan gas plant.
Dalam memproduksi migas, ENRG menggunakan skema pembagian cost recovery untuk 10 blok dan 2 sisanya seperti Sengkang dan Malacca Strait menggunakan gross split.
“Blessing in disguise. Pekan lalu operasi balasan dari Iran (Operation True Promise III) telah mengerahkan >200 serangan pada Israel yang sebelumnya menyerang fasilitas nuklir di Iran, eskalasi ini menimbulkan gejolak geopolitik di Timur Tengah dan imbasnya adalah kenaikan harga minyak global,” ungkap Andhika.
Sepekan terakhir harga Brent dan WTI melonjak ~13-15% membuat investor khawatir akan gangguan pasokan di jalur global seperti Selat Homuz.
“Kami memperkirakan eskalasi ini akan terjadi dalam beberapa minggu kedepan yang akan mengarah pada shadow war dengan risiko perluasan regional, ditengah kondisi ini perusahaan minyak upstream yang tidak memiliki gangguan langsung dari konflik ini serta menjual dengan harga spot akan sangat diuntungkan karena kenaikan harga jual (margin naik meski cost tetap),” jelas Andhika.
ENRG membukukan kinerja solid pada kuartal I 2025 ditengah volatilitas pasar energi dengan produksi naik menjadi 46.172 BOEPD (+18% YoY) didorong oleh peningkatan volume gas menjadi 226 MMSCFD (+18% YoY) dan minyak menjadi 8.479 BOPD (+23% YoY).
Meski rata-rata harga minyak terkoreksi ke US$76/barel (-7% YoY), EBITDA tetap tumbuh +11% menjadi US$72,8 juta yang bertranslasi pada laba bersih Perseroan tercatat US$17,9 juta (+2% YoY) akibat dari one-off manfaat pajak tangguhan
di 3M24.
Dari sisi neraca, ENRG tercatat memiliki net gearing yang moderat di level 0,68x (vs 3M24: 0,58x) naik karena pembiayaan akuisisi blok Siak dan Kampar.
Andika menyebut ekspansi organik dan anorganik menjadi strategi Perseroan dalam menghadapi dinamika industri migas upstream, dengan alokasi capex sebesar US$100-150 juta dan target IRR >30%. Akuisisi Blok Sengkang, Kampar, dan Siak akan mulai berkontribusi penuh pada 2Q25.
Selain itu, ENRG juga menjajaki konversi
cadangan 2C menjadi 2P untuk memperluas basis produksi. Blok Bentu menjadi salah satu andalan jangka menengah, dengan cadangan 2C gas hingga 3 BSCFD.
Produksi saat ini masih di 80–90 MMSCFD, namun berpotensi meningkat jika tersedia kontrak offtake dan kapasitas infrastruktur.
“Kami melihat hal menarik dari infrastuktur energi milik ENRG dimana yang saat ini berfokus sebagai komponen integral untuk mendukung efisiensi level upstream sehingga dapat memperkuat margin Perseroan. FSO dan FSRU ini telah menghasilkan recurring income, dimana margin biaya jasa FSRU dapat mencapai 70% m dengan pendapatan harian US$40.000/hari, selain itu penggunaan FSO di Malacca menghemat >US$750 ribu/bulan disbanding dengan sewa dari eksternal,” kata Andhika.
Ke depannya, ENRG berpotensi memperluas jaringan infrastruktur seperti pipa dan gas treatment plant untuk mendukung blok-blok baru seperti South CPP dan Bireun Sigli.
ENRG menargetkan pertumbuhan produksi tahunan sekitar +10-15% pada tahun 2025, dengan proyeksi volume mencapai ~56.000 BOEPD.
“Kami menilai target ini realistis, mengingat kontribusi penuh dari aset hasil akuisisi serta optimalisasi lapangan eksisting yang sudah berjalan. Dengan asumsi harga dijaga konservatif, kami memproyeksikan pendapatan dapat tumbuh ~20–25% YoY,” ujar Andhika.
Mayoritas produksi gas ENRG dikontrak jangka panjang dengan skema harga tetap, sehingga volatilitas harga global lebih berdampak pada segmen minyak.
Outlook ENRG diyakini tetap positif, didukung oleh model bisnis gas-oriented yang memberikan stabilitas arus kas, potensi konversi cadangan 2C menjadi 2P, serta manfaat swap gas domestik yang dapat mengoptimalkan margin ke depan. Saat ini ENRG diperdagangkan pada valuasi EV/EBITDA 2,7x (vs industry peers: 7,6x)
Komentar Terbaru