JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan keseriusannya untuk mematikan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang masih beroperasi di tanah air. Untuk mendukung rencana tersebut Kementerian ESDM akan menerbitkan Keputusan Menteri (Kepmen) koversi PLTD menjadi pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT).

Untuk tahap pertama, konversi akan dilakukan di 385 lokasi yang tersebar di berbagai wilayah.

Ida Nuryatin Finahari, Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM menjelaskan, untuk mengejar target bauran EBT di bauran energi sebesar 23% di tahun 2025 maka PLN akan melakukan konversi PLTD ke pembangkit listrik energi terbarukan diantaranya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Nantinya, konversi ini bisa dengan PLTS yang dilengkapi baterai atau PLTS yang di-hybrid-kan dengan PLTD. Kewajiban ini akan dituangkan dalam regulasi yang saat ini masih digodok.

“Kami telah berkoordinasi dengan PLN, sedang susun draft Kepmen terkait program konversi PLTD ke PLTD dengan target awal 307 megawatt (MW) di 358 lokasi,” kata Ida dalam FGD Program Konversi PLTD ke PLTD dan Baterai secara virtual, Senin (10/5).

PLN berencana mengganti PLTD di 2.130 lokasi dengan kapasitas total 5.200 MW dengan pembangkit listrik berbasis EBT.

Menurut Ida, Indonesia tak sekedar berkomitmen menambah kapasitas pembangkit EBT tapi juga berkomitmen menuju net zero emission. Walaupun, Indonesia masih membahas target mencapai net zero emission ini apakah pada 2045, 2050, atau 2060.

“Dengan meratifikasi Paris Agreement, kita juga ada komitmen menurunkan emisi gas rumah kaca 29% atau 314 juta ton CO2 pada 2030 dengan upaya sendiri, atau 41% atau 398 juta ton CO2 dengan bantuan internasional,” ungkap Ida.

M Ikhsan Asaad, Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, mengatakan  konversi dilakukan bertahap. Pada tahap awal, terdapat PLTD di 200 lokasi dengan kapasitas total 225 MW yang akan diganti melalui skema pengembangan oleh produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) dan oleh PLN sendiri dengan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) dikerjakan pihak lain.

Untuk tahap I, pelaksanaan konversi dengan skema EPC saat ini dalam tahap kajian kelayakan (feasibility study.FS) dan penyiapan dokumen lelang. Selanjutnya untuk pembangunan PLTS oleh IPP masih dalam proses pengadaan. Meski tidak disebutkan kapan pengadaan dan lelang berakhir, konversi PLTD ke PLTS tahap I ini ditargetkan beroperasi pada 2023-2024.

Untuk tahap II, konversi akan dilakukan untuk PLTD dengan total kapasitas 500 MW. Pada tahun ini, proyek ini masih dalam tahap identifikasi lokasi dan kajian hybrid untuk pembangkit listrik. Proses pengadaan dan lelang dijadwalkan pada tahun depan dan target operasi pada 2024-2025.

Konversi PLTD tahap III bakal mencakup total kapasitas 1.300 MW yang direncanakan sudah beroperasi pada 2025-2026. Rencananya, identifikasi dan kajian, serta pengadaan proyek ini akan digelar pada 2022-2023.

“Pilihan teknologi yang akan digunakan adalah PLTS dan baterai, serta potensi awal diperlukan PLTS 600 megawatt peak (MWp) dan 1,8 gigawatt hour (GWh) battery storage,” kata Ikhsan.(RI)