JAKARTA – Dewan Energi Mahasiswa Indonesia menyatakan negara harus hadir untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Blok Rokan perihal masa transisi dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero). Dengan demikian diharapkan Chevron dapat lebih kooperatif dan terbuka untuk masa transisi.

Robi Juandry, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Mahasiswa Indonesia, mengatakan bahwa pihaknya juga menolak rencana pembelian hak partisipasi (Participating Intrest/PI) Chevron di RokanĀ  oleh Pertamina.

“Kami juga mendesak pemerintah melalui Kementrian ESDM menyelesaikan permasalahan terkait kontaminasi tanah pada proses pengolahan minyak oleh Chevron,” kata Robi, Rabu (12/2)

Robi mengatakan apabila proses pembelian PI dilaksanakan dapat menyebabkan seluruh komponen liabilitas/beban-beban biaya Chevron akan beralih ke Pertamina. Permasalahan terkait kontaminasi tanah pada proses pengolahan minyak serta Past Service Liabilities para pekerja Chevron dan beban-beban lain sampai saat ini belum diselesaikan oleh Chevron. Beban biaya diperkirakan mencapai lebih dari US$ 1,8 miliar atau jauh lebih besar dari nilai aset Chevron yang habis pada 2021 yang hanya US$ 600 juta.

Dengan produksi Blok Rokan sebesar 207.000 bbl dibutuhkan penanganan dan upaya menjaga produksi tersebut.
Namun, sejak ditetapkannya Pertamina untuk mengelola Blok Rokan, proses transisi peralihan dan pengelolaan dari Chevron ke Pertamina tidak terjadi dengan baik.

“Padahal, kondisi wilayah kerja sejenis seperti Blok Mahakam proses transisinya dapat berjalan. Tapi beda halnya dengan kondisi yang terjadi di Blok Rokan, dimana dalam melakukan kegiatan transisi dari pihak Chevron hanya memberikan izin transisi jika pertamina masuk dengan cara mengakuisisi atau membeli Participating Intrest,” ungkap Robi.

Blok Rokan yang memilki luas wilayah 6.220 km2 memiliki tiga lapangan raksana penghasil minyak yaitu Lapangan Minas, Lapangan Duri, dan lapangan Bekasap. Lapangan Minas yang menjadi tambang minyak raksasa Blok Rokan pertama kali ditemukan oleh geolog asal Amerika Serikat Walter Nygren pada 1939. Lapangan Minas pernah diklaim sebagai lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara yang menghasilkan minyak jenis Sumatran Light Crude . Pengeboran pertama di lapangan tersebut dilakukan oleh Caltex yang kemudian berubah nama menjadi Chevron. Saat ditemukan, kandungan minyak di lapangan tersebut diperkirakan mencapai 11 miliar bbl.

Sedangkan Lapangan Duri pertama kali ditemukan pada 1941 dan mulai berproduksi 1958. Lapangan ini terkenal dengan nama Duri Crude dan juga menggunakan teknologi steamflood sejak 1985 dengan area operasi mencapai 144 km2. Lapangan Duri termasuk The Giant Field yang merupakan satu diantara lapangan-lapangan minyak Chevron terbesar sebagai cadangan terbukti (Proved Reserves). Lapangan Duri (Duri Crude) menyumbangkan sekitar 30% produksi minyak mentah Indonesia dan juga kini lapangan Duri menghasilkan sekitar 195.000 bbl.

Produksi Blok Rokan kini mencapai 207.000 bbl atau setara 26% produksi nasional. Blok Rokan juga diperkirakan memiliki cadangan 26 miliar bbl minyak. Selama bertahun-tahun Rokan menjadi salah satu penyumbang produksi siap jual (lifting) terbesar di Indonesia. Tercatat, sejak beroperasi 1971 hingga 31 Desember 2017, total Produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak.

“Dewan Energi Mahasiswa Indonesia akan mengawal sampai tuntas transisi pengelolaan dari Chevron ke Pertamina demi kemakmuran rakyat Indonesia,” tandas Robi.(RA)