JAKARTA– PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, memproyeksikan dapat mengimplemenasikan cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting dengan total kapasitas terpasang 10,6 gigawatt (GW) di 52 pembangkit pada 2025. Total kebutuhan biomassa untuk program cofiring PLTN diperkirakan mencapai 9 juta ton per tahun.

Cofiring PLTU PLN ini untuk pemenuhan bauran 23% energi baru terbarukan (EBT) pada 2025,” ujar Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, saat media briefing secara virtual, Jumat (7/5).

Zulkifli mengatakan program cofiring merupakan bagiand ari ekosistem listrik kerakyatan karena menggerakkan masyarakat untuk menyiapkan feedstock biomassa dan pelet sampah. Program cofiring PLN berbasis landbase melalui pemanfaatan hutan tanaman industri. Lahan kering yang termanfaatkan sehingga tidak merusak vegetasi dan ekonsistem eksisiting. Program ini akan menyerap tenaga kerja dan UMKM untuk berpartisipasi dalam tanaman industri.

“Diperlukan dukungan pemerintah untuk keberlanjutan pasokan biomassa, baik aspek ketersediaan maupun keekonomian,”katanya.

Hingga saat ini sebanyak 11 pembangkit PLN telah mengimplementasikan cofiring dari target 52 PLTU. Pembangkit yang telah menerapkan cofiring adalah PLTU Paiton, Suralaya, Kelapang Sanggau, Pacitan, dan Rembang. Selain itu, Jaranjang, Anggrek, Labuan, Lontar, dan Suralaya Unit 5-7. (DR)