JAKARTA – Sepanjang periode Januari – September 2018 PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan pendapatan usaha sebesar Rp16,04 triliun atau naik 21% dibanding pendapatan usaha pada periode yang sama 2017. Peningkatan pendapatan usaha ikut mendongkrak laba bersih perseroan.

“Hingga kuartal III 2018, perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp 3,93 Triliun atau naik 50% dari periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Jumat (28/12).

Peningkatan pendapatan usaha dan laba bersih ini ditopang oleh peningkatan produksi serta penjualan batu bara. Hingga September 2018, volume produksi batu bara naik 16% menjadi 19,68 juta ton. Kenaikan volume produksi ini juga diikuti dengan kenaikan volume penjualan hingga September sebesar 18,58 juta atau naik 8% dari periode yang sama pada 2017 dengan komposisi 53% untuk pasar domestik dan 47% untuk pasar ekspor.

Peningkatan volume penjualan ini didorong oleh kenaikan penjualan batu bara ekspor lebih dari dua juta ton. Selain itu, hingga kuartal III 2018, angkutan batu bara dengan kereta api
tercapai sebesar 16,97 juta ton atau naik 8% dari periode yang sama di tahun 2017.

Arviyan mengatakan peningkatan kinerja operasional yang telah dicapai perseroan tidak lepas dari upaya efisiensi yang berkelanjutan dan penerapan strategi usaha yang efektif.

“Melihat pencapaian kinerja operasional hingga September 2018, kami optimis akan mencapai target produksi dan penjualan yang telah ditentukan untuk tahun ini,” kata Arviyan.

Pada 2018, Bukit Asam menargetkan produksi batu bara sebesar 25,54 juta ton dan penjualan batu bara sebesar 25,88 juta ton dengan komposisi 13,74 juta ton untuk pasar domestik dan 12,15 juta ton untuk ekspor.

Ke depan, perseroan akan melakukan pengembangan usaha melalui pemanfaatan batu bara melalui gasifikasi. Hal ini telah dimulai dengan penandatangan Head of Agreement (HoA) mengenai gasifikasi dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia, serta PT Chandra Asri Petrochemical di mana batu bara akan diubah menjadi urea, DME dan polypropelene. Nantinya, gasifikasi batu bara coal to UDP ini akan dilakukan di Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Selain itu, perseroan juga telah menandatangani MoU dengan Pertamina dan Air Products pada awal November 2018 terkait rencana gasifikasi batu bara yang akan dilakukan di Peranap, Riau.

“Melalui gasifikasi ini, kami optimis pemanfaatan batu bara akan lebih luas dan jauh lebih terasa hasilnya oleh masyarakat,” ungkap Arviyan.

Gasifikasi batu bara ini diambil sebagai langkah untuk dapat memanfaatkan batu bara dengan kalori rendah.

Untuk dapat mendorong peningkatan penjualan batu bara, PTBA melakukan pengembangan pada jalur angkutan batu bara dengan kapasitas angkut 60 juta ton per tahun pada 2023 dengan bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Pengembangan angkutan batu bara dilakukan pada jalur Tanjung Enim-arah Utara dan Tanjung Enim arah Selatan.

“Pada jalur utara, dibangun pengembangan jalur Tanjung Enim menuju Prajin dengan kapasitas angkut 10 juta ton per tahun dan direncanakan mulai beroperasi pada 2019,” tandas Arviyan.

Ganti Komisaris

Pada RUPSLB, pemegang saham Bukit Asam menyetujui penggantian pengurus perseroan. Melalui RUPSLB ini, perseroan mengangkat Soenggoel Pardamean Sitorus sebagai Komisaris Independen menggantikan Johan O Silalahi.

RUPSLB juga menyetujui pengangkatan Taufik Madjid dan Jhoni Ginting sebagai Komisaris menggantikan Purnomo Sinar Hadi dan Muhammad Said Didu.(RA)