JAKARTA – PT PLN (Persero) kembali menerbitkan surat utang untuk mendanai belanja modal. Padahal belum lama ini manajemen mengaku utang PLN sudah mendekati Rp500 triliun. Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, mengatakan PLN melakukan penjualan atas efek bersifat utang di luar wilayah Indonesia yang dilakukan tanpa penawaran kepada investor lndonesia melalui penarikan surat utang sebesar total US$1,5 miliar dari Global Medium Term Notes Program eksisting sebesar US$15 miliar.

Surat utang terdiri dari dua seri. Pertama, surat utang dengan bunga tetap sebesar US$500 juta dengan masa tenor sepuluh tahun dan kupon 3%. Kedua, surat utang dengan bunga tetap sebesar US$1 miliar dengan masa tenor 30 tahun dan kupon 4%.

Citigroup Global Markets Inc., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Mandiri Securities Pte. Ltd. dan Standard Chartered Bank bertindak sebagai joint lead managers and joint bookrunners dan serta Deutsche Bank Trust Company Americas bertindak sebagai trustee untuk dan atas nama para pemegang surat utang.

Zulkifli mengatakan PLN telah menandatangani suatu Perjanjian Pembelian Surat Utang (Subscription Agreement) atas surat utang tertanggal 22 Juni. Surat utang telah dicatatkan di Bursa Efek Singapura.

“Tindakan korporasi akan memberikan dampak positif terhadap perseroan karena dana yang diperoleh dari hasil penerbitan surat utang sebagian besar akan digunakan untuk belanja modal sehubungan dengan proyek percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan,” kata Zulkifli, Senin (6/7).

PLN sebelumnya telah memutuskan untuk memangks belanja modal atau capital expenditure (Capex) tahun ini hampir 50% dari rencana awal hampir Rp100 triliun. Dampak Covid-19 turut mendorong PLN meninjau rencana investasi proyek ketenagalistrikan yang disesuaikan dengan proyeksi pertumbuhan beban saat kondisi terkini.

Selain itu, investasi perusahaan untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan skala besar (pembangkit, transmisi dan gardu induk) dilakukan dengan skala prioritas dengan mempertahankan urgensinya terhadap sistem kelistrikan dan proyeksi waktu penyelesaian pada 2020.

Zulkifli memastikan penyisiran dilakukan dengan hati-hati dan tidak bisa dilakukan secara business as usual. “Sudah berhasil menurunkan capex dari Rp100 triliun menjadi Rp53,59 triliun. Ke depan harapan kami bisa efisiensi terus menerus ke masyarakat,” kata Zulkifli.(RI)