JAKARTA – Thorcon International Pte.Ltd, Independent Power Producer (IPP) optimistis mendapat dukungan pemerintah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Indonesia dengan nilai investasi US$1,2 miliar atau sekitar Rp17 triliun. Bob Sulaeman Effendi, Kepala Perwakilan Thorcon, mengatakan pihaknya telah menggelar pertemuan dengan Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Selasa (12/11).

“Kami sudah bertemu dengan Menteri ESDM. Beliau sangat sibuk luar biasa, tapi menyempatkan waktu bertemu walau hanya 15 menit. Beliau akan membahas dengan stafnya, tapi beliau bersedia bertemu kembali (dengan Thorcon). Secara pribadi, saya yakin beliau akan mendukung,” kata Bob kepada Dunia Energi, Selasa (12/11).

Bob menambahkan, pertemuan dengan Menteri ESDM menjadi harapan besar bagi Thorcon. “Beliau menerima kami di hari ke-12, dalam kepadatan jadwal. Jadi dapat diartikan beliau menaruh prioritas dan perhatian besar,” ujarnya.

Sesuai hasil kajian, Badan Layanan Umum Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (BLU-P3TEK KEBTKE) Kementerian ESDM, seluruh regulasi yang dibutuhkan untuk melakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dari sisi bauran energi maupun perijinan keselamatan instalasi nuklir sudah memadai. Dengan demikian, PLTT tipe TMSR500 dapat dianggap sebagai salah satu solusi pembangkit listrik bebas karbon yang layak dipertimbangkan dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia pada periode 2026 – 2027.

Thorcon International berencana mengembangkan PLTT berkapasitas 500 megawatt (MW).
Perusahaan asal Amerika Serikat ini telah mengidentifikasi beberapa tantangan dalam membangun Thorium Molten Salt Reactor 500MW (TMSR500) Power Plant atau reaktor desain pembangkit PLTT. Nantinya, PT PAL Indonesia yang akan mengembangkan komponen TMSR500 Power Plant dan Test Bed Platform yang akan dimulai tahun 2020.

PLTT akan dibangun dengan menggunakan model desain struktur Kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax ini rencananya akan di bangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan, yang merupakan galangan kapal nomor 2 terbesar di dunia.  PLTT pertama di targetkan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10%.

“Kami juga sudah berkirim surat dengan Menristek, untuk melakukan pertemuan. Statement beliau (Menristek) tentang PLTN dan juga sebagai kepala BRIN yang tugasnya adalah memfasilitasi kerjasama riset dengan swasta, maka kami yakin akan mendukung,” tandas Bob.(RA)