JAKARTA – Emisi yang dihasilkan oleh batu bara yang melalui proses pembakaran untuk pembangkit listrik sangat besar. Namun penggunaan batu bara tetap tidak bisa dihindari lantaran harganya yang dianggap masih paling murah untuk bisa menghasilkan listrik.

Ridwa Djamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan dari total 1.262 Giga Ton emisi CO2 yang dihasilkan di Indonesia, sebanyak 35% berasal dari pembangkit listrik batu bara. Dengan jumlah emisi sebanyak itu maka pengelolaan emisi harus segera digenjot.

“Salah satu upaya pemerintah saat ini adalah mendorong agar batu bara dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan lingkungan. Kita selalu berusaha menggunakan teknologi batu bara dengan cara yang lebih bersih,” kata Ridwan, Selasa (27/7).

Salah satu yang saat ini diupayakan adalah Teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Pengaplikasian CCUS bisa menjadi jalan keluar menuju energi bersih. Bahkan kajian internasional sejak lama sudah melakukan kajian tentang kelayakan pengembangan teknologi CCUS di tanah air.

“Berdasarkan studi PLN dan World Bank 2015, CCUS secara teknis layak untuk dikembangkan di Indonesia,” ungkap Ridwan.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI), per 26 Juli 2021, realisasi produksi bat ubara Indonesia sebesar 328,75 juta ton dengan rincian 96,81 juta ton (realisasi domestik), 161,99 juta ton (realisasi ekspor), dan 52,22 juta ton untuk DMO. Saat ini 80 % batu bara untuk pembangkit listrik.

Pada 2021 produksi batu bara dipatok sebesar 625 juta ton. Target itu sudah merupakan target revisi yang ditetapkan pemerintah. Padahal sebelumnya pemerintah hanya menetapkan target produksi sebesar 550 juta ton. Pemerintah sengaja menambah kuota produksi batu bara untuk diekspor sebagai insentif bagi pelaku usaha yang terkena dampak pandemi Covid-19 sepanjang 2020 hingga kini.

Dari target produksi batu bara pada tahun ini, kebutuhan batu bara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) ditargetkan dapat mencapai 137,5 juta ton.(RI)