JAKARTA– PT Adaro Energy Tbk (ADRO), produsen batubara kedua terbesar nasional,  memasok kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT Newmont Nusa Tenggara berkapasitas 4 X 28 megawatt di Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, sebanyak 60 hingga 70% dari total kebutuhan batubara perseroan sebanyak 500 ribu-550 ribu ton per tahun. Sisanya dipasok oleh PT Kideco Jaya Agung, anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY).

“Listrik dari PLTU tersebut 100% dipakai sepanjang tahun untuk kegiatan penambangan dan penerangan di Batu Hijau,” ujar Ilyas Yamin, Manager Process & Power Plant Newmont Nusa Tenggara kepada Dunia Energi.

Menurut Ilyas, desain PLTU mengikuti bahan bakar yang akan dibakar di dalam boiler. Di Indonesia, aturan emisi udara lebih condong ke Eropa. “Pada saat mendesain PLTU, bahan bakar batubara yang cocok dan pas itu Envirocoal, produk batubara Adaro,” ujarnya.

Menurut Ilyas, Newmont meneken kesepakatan jangka panjang selama 30 tahun dengan Adaro dan Kideco untuk pasokan batubara. Setiap tahun Newmont dan dua pemasok batubara meninjau ulang kontrak dan harga jual. “Harga batubara kami  memakai HBA (harga batubara acuan) yang ditetapkan pemerintah,” ujarnya.

Di luar PLTU, Newmont juga menyiapkan sembilan mesin diesel yang disiapkan sesewaktu jika ada masalah dengan PLTU atau untuk beban puncak. Kebutuhan solar untuk mesien diesel per tahun sekitar 4 juta liter. “Kami membelinya dari Pertamina dengan harga industri,” jelas Ilyas.

Listrik dari PLTU tersebut 100% dipakai sepanjang tahun untuk kegiatan penambangan dan penerangan di Batu Hijau.

Pada musim kemarau, rata-rata beban listrik sekitar 110-112 MW dengan beban puncak 117 MW.  Memasuki musim hujan, beban rata-rata 118-120 MW dengan beban puncak di atas 130 MW.

Energi listrik dari pembangkit tersebut berkontribusi penting untuk produksi emas dan tembaga perseroan.

Newmont memproyeksikan produksi dari tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat sepanjang 2015 diperkirakan melewati target. Perseroan memproyeksikan sepanjang tahun ini produksi tembaga sebanyak 219 juta-230 juta pon dan produksi emas 640 ribu-890 ribu ounce.

Newmont mulai kegiatan penambangan di Batu Hijau pada 2000. Sebanyak 56% saham tambang ini dikuasai Nusa Tenggara Partnership BV (konsorsium Newmont Mining Corp dan Sumitomo Corp). Sisanya dimiliki oleh PT Multi Daerah Bersaing (konsorsium PT Multi Capital, anak usaha PT Bumi Resources Minerals Tbk dan PT Daerah Maju Bersaing)  sebesar 24%, PT Pukuafu Indah 17,8% dan PT Indonesia Masbaga Investama 2,2%. (DR)