JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG/ITM) merespons adanya dampak perubahan iklim dengan menerapkan beberapa kebijakan. Upaya ini diklaim mampu mengurangi volume emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 2.064.100 ton CO2eq, lebih rendah 5,41% dibanding tahun 2019 yang mencapai 2.182.134 ton CO2eq.

“Selain itu, melalui anak usaha, perusahaan melakukan reklamasi dan revegetasi untuk memperkuat daya dukung lingkungan dalam menyerap karbon,” kata Mulianto, Direktur Utama Indo Tambangraya.

Hingga akhir 2020, area reklamasi
pasca tambang yang telah dihutankan kembali mencapai luasan 234,97 Ha dan total serapan karbon di area reklamasi TDM di tahun 2020 mencapai 8.499,49 ton CO2.
Upaya strategis lain untuk mengurangi emisi adalah penggunaan biofuel sebagai sumber energi, sesuai Peraturan Menteri (Permen) ESDM No.12 tahun 2015.

“Pada 2020 seluruh anak usaha ITM telah menggunakan biosolar B30, sebesar 61.850.555 liter,” ungkap Mulianto.

Penggunaan biofuel sesuai konsep Circular Carbon Economy (CCE) Platform yang merupakan salah satu komponen penting untuk menurunkan emisi GRK.

Sementara itu, mewujudkan rencana diversifikasi bisnis jangka panjang untuk bisnis yang berkelanjutan, pada 2019 ITMG memprakarsai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hybrid 3 MWp, 2MW/2MWh untuk digunakan di fasilitas tambang anak usahanya, PT Indominco Mandiri (IMM), di Bontang, Kalimantan Timur.

Mulianto menekankan bahwa pihaknya senang melihat solusi smart microgid beroperasi sepenuhnya pada tahun 2020 dan diproyeksikan dapat mengurangi CO2 sebesar 192 ton.

“Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab, kami juga ingin mendorong konservasi energi sebagai bagian dari komitmen untuk meminimalkan dampak lingkungan dan membawa kehidupan yang baik di tempat ITM beroperasi dan juga masyarakat sekitar,” ujarnya.(RA)