JAKARTA – Pemerintah mematok target pabrik yang memproduksi baterai lithium bisa mulai beroperasi pada 2023. Saat ini tahap persiapan pembangunan pabrik masih terus dilakukan.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan ada dua wilayah yang menjadi kandidat lokasi pembangunan pabrik baterai lithium, yakni di Patimban, Subang, Jawa Barat dan Morowali, Sulawesi Tengah.

“Kita mau buat pabrik lithium, mau di Morowalo atau Patimban. 2023 harus jadi semua. Mereka sanggupnya 2025, tapi pemerintah mau 2023 sudah jadi semua. Strategi pemerintah dalam hal ini sudah jalan, ini bukan angan-angan,” kata Luhut di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (10/12).

Menurut Luhut, benang merah dari kebijakan pemerintah yang mempercepat larangan nikel ore adalah untuk mempersiapkan produksi baterai lithium. Apalagi Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan unggul dari Australia. Saat ini di Indonesia dalam pengolahan nikel baru mencapai nikel metal dan sedang menuju baterai.

Baterai untuk kepentingan kendaraan listrik sekarang berjenis NMC (881) dengan kandungan nikelnya lebih dari 60%. Dengan sumber daya nikel melimpah, Indonesia sedang bersiap menjadi pemain utama dalam industri baterai kendaraan listrik di masa depan.

“Kami sudah kaji, penelitian dari mana-mana 15-20 tahun ke depan belum ada yang bisa gantikan ini baterai lithium untuk kendaraan. NMC (811) inilah baterai yang baru sekarang dan itu jumlah nikelnya hampir 60%. Karena kita yang paling besar (cadangan), ya yang paling oke,” kata Luhut.(RI)