JAKARTA – PT Elnusa Tbk (ELSA), perusahaan penyedia jasa energi terintegrasi, akan lebih efektif ekspansi bisnis ke luar negeri pada tahun ini. Elizar Parlindungan Hasibuan, Direktur Utama Elnusa, mengatakan tahun ini bisnis hulu minyak dan gas akan meningkat dan menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk lebih agresif di sektor hulu.

“Kami perkuat upstream (hulu) karena banyak kegiatan services akan meningkat. Investasi akan banyak kami lakukan,” kata Elizar di Jakarta, baru-baru ini.

Beberapa proyek migas di luar wilayah Indonesia juga sudah dibidik Elnusa, seperti di Vietnam, Eropa, beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah.

“Kami juga mencoba untuk di luar indonesia. Kami dapat proyek di Vietnam yang dioperatori Soco International Plc, perusahaan Norwegia. Lalu ada pekerjaan di Afrika, lalu ada di Middle East, itu masih penjajakan,” kata Elizar.

Salah satu fokus pekerjaan Elnusa pada tahun ini adalah pengerjaan seismik. “Yang di Vietnam dua bulan proyeknya sudah jalan. Semoga awal tahun depan kami menang tender, kuartal I tahun depan,” tukasnya.

Selain di luar negeri, beberapa proyek di dalam negeri juga dipastikan akan dikerjakan Elnusa. Posisi sebagai bagian dari PT Pertamina (Persero) juga menguntungkan Elnusa yang dipercaya untuk mengerjakan beberapa proyek besar, seperti Refinery Development Master Plan (RDMP) maupun pekerjaan maintenance turn around Kilang Cilacap.

“Jadi urgensi Grup Pertamina untuk mensukseskan proyek tersebut. RDMP misalnya, dikaitkan Balikpapan itu sepenuhnya di Pertamina,” kata Elizar.

Tidak hanya di level upstream dan midstream, Elnusa juga berkomitmen mengembangkan bisnis downstream, seperti pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun non BBM.

Sepanjang 2018, kinerja Elnusa terbilang positif dengan raihan laba bersih Rp276 miliar pada 2018, naik 12% dibanding 2017 sebesar Rp247 miliar. Kenaikan laba bersih didorong peningkatan pendapatan sebesar 33% dari Rp4,9 triliun pada 2017 menjadi Rp6,6 triliun pada tahun lalu. Pendapatan Elnusa berasal dari jasa hulu migas yang memberikan kontribusi sebesar 40% dan jasa distribusi logistik energi sebesar 56%. Sisanya, 4% berasal dari jasa penunjang.(RI)