JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melakukan investigasi prosedur keselamatan yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dalam merespon tumpahan minyak di teluk Balikpapan yang diakibatkan kebocoran pipa minyak milik Pertamina.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan tim Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM sudah dikerahkan ke lokasi guna menemukan informasi terkait penanganan kebocoran pipa tersebut. Investigasi untuk mengetahui langkah penaggulangan kebocoran minyak yang dilakukan Pertamina, apakah sudah sesuai dengan standar keselamatan yang diterapkan di industri migas atau belum.

“Kami tunggu dulu hasilnya, nanti kita akan evaluasi hasilnya. Kami dari sisi hulu dan hilir migas apakah mereka memenuhi prosedur yang lengkap,” kata Arcandra di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (6/4).

Menurut Arcandra, setiap kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dalam operasinya harus memenuhi standar Health Safety Environment (HSE). Karena itu dalam insiden di Balikpapan jadi pembuktian apakah Pertamina sudah memenuhi standar atau belum.

“Kementerian ESDM, terutama dari sisi HSE, terutama emergency respon program, apakah berjalan baik atau tidak, kan masing-masing KKKS punya sendiri-sendiri. Kalau terjadi seperti ini apakah mereka siap atau tidak,” papar dia.

Ke depan, pemerintah akan meminta KKKS lebih memperhatikan kembali kondisi fasilitas produksi. Nantinya SKK Migas juga akan meningkatkan pengawasan terhadap kelayakan penggunaan suatu fasilitas.

“Asset integrity management itu bagian dari keselamatan lingkungan dan SKK Migas. Aset-aset berumur tua itu harus diperbaiki kelayakannya, itu bagian dari tugas SKK Migas,” kata Arcandra.

Terpisah, Pertamina menyatakan telah menggandeng masyarakat, aparat negara lainnya, LSM dan lembaga terkait lainnya bergerak cepat menerapkan Emergency Response Procedure dalam penanganan pemulihan kondisi lingkungan akibat ceceran minyak.

Selanjutnya, bersama masyarakat, lembaga dan pihak terkait dengan supervisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pertamina melakukan tahap pemulihan lingkungan.

Yudi Nugraha, Region Manager Communication & CSR Kalimantan Pertamina, mengatakan Pertamina tetap mendukung proses investigasi yang sedang berjalan.

“Sementara ini, penyebab putusnya pipa tansfer minyak mentah dari Tanjung Penajam masih menunggu hasil penyelidikan pihak Kepolisian. Sebagaimana diberitakan di media bahwa putusnya pipa tersebut diduga karena faktor external force (kekuatan luar) yang menarik pipa tersebut hingga putus,” kata Yudi dalam keterangan tertulisnya.

Lebih lanjut Dia mengungkapkan setelah penambahan armada pembersihan perairan yang dilakukan Pertamina pada Rabu (4/4), kondisi lingkungan terlihat jauh lebih baik dibandingkan hari sebelumnya. Pertamina sendiri menurunkan empat tim untuk bekerja secara simultan untuk membersihkan perairan dari ceceran minyak dengan pembagian zona. Zona pertama mencakup area Pangkalan LLP, Jetty dan Kampung Baru. Zona dua mencakup area Rede dan Kolam Labuh. Zona tiga mencakup Pantai Monpera dan Zona empat mencakup Outer Pantai.

“Untuk menyisir ke empat zona tersebut, digunakan 15 buah kapal yang dilengkapi dengan perlengan yang sesuai,” ungkap Dia.

Pemulihan sisa ceceran minyak di jetty 1 dilakukan menggunakan vacuum truck dan dilengkapi dengan oil boom dan Oil Spill Dispersan.  Pemulihan sisa minyak di Kampung Atas Air dan Kapung Baru dilakukan dengan pengisaan penggunakan vacuum truck dibantu dengan penggunaan oil absorbant.

Di Pelabuhan Semayang hingga Plaza Balikpapan, digunakan vacuum truck untuk penghisapan sisa ceceran minyak. Sisa ceceran yang masih ditemukan di Penajam diatasi dengan penyeprotan Oil Spill Dispersant.

Pekerja Pertamina mengawasi upaya mengatasi tumpahan minyak di teluk Balikpapan.

“Pemulihan sisa ceceran juga dilakukan di lepas pantai teluk Balikpapan dengan menggunakan oil skimmer dan tug boat,” tandas Yudi.(RI)