JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjanjikan proyek pembangunan smelter terintegrasi dengan tambang yang zero emissions alias memanfaatkan green energy. Proyek HPAL akan menjadi salah satu terobosan baru dalam pengembangan komoditas nikel tidak hanya di Indonesia tapi di dunia.
Febriany Eddy, Presiden Direktur Vale Indonesia mengungkapkan proyek nikel yang digarap Vale akan didesain net zero dari day one, net zero emission dari hari pertama.
“Kita ingin menyampaikan pesan bahwa nikel adalah solusi terhadap isu dekarbonisasi dunia, maka tentu pemprosesan dan pengolahan harus rendah karbon Nah, kita akan coba aim dan commit kalau bisa net zero dari day one Ini kalau jadi, ini ambisi besar kita, tapi kalau ini jadi akan menjadi role model yang bagus sekali,” kata Febriany dalam diskusi bersama media, Selasa (18/3).
Febriany menjelaskan 2/3 dari energi yang dibutuhkan berasal dari proses sirkurel Jadi panas dan heat Itu energi yang dihasilkan kemudian diputar kembali. “Kalau istilah bahasa Inggrisnya Waste heat recovery Jadi recovery, nanti di dalam pabrik HPAL itu Bagian dari HPAL itu ada acid plant generate. acid diperlukan untuk proses Acid plant ini akan mengenerate steam uap uap ini bisa mengenerate electricity. Electricity inilah yang diputar dan bikin itu akan mengandung sekitar dua per tiga dari energy yang dibutuhkan,” jelas Febriany.
Sementara untuk 1/3 kebutuhan energinya akan dipenuhi dari energi non fosil lainnya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) serta Biomassa. Menurut “Lahannya kita sudah beli sampaikan ke partner, ada ruang yang cukup untuk melakukan itu (manfaatkan PLTS) Nah ketiga adalah biomasa,” ujar Febriany.
Vale memang tengah menggarap tiga proyek pengembangan nikel sekaligus. Pertama Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang mencakup pembangunan smelter berbasis High-Pressure Acid Leach (HPAL) dan tambang nikel. Kedua IGP Morowali, Sulawesi Tengah, yang meliputi proyek smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan tambang nikel dan ketiga Proyek smelter HPAL di Blok Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Proyek IGP Pomalaa dikerjakan bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou) dengan total investasi sebesar Rp67,5 triliun. Peletakan batu pertama dilakukan pada 27 November 2022, dan proyek ini akan beroperasi di bawah PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI), perusahaan patungan mereka.
Sementara untuk IGP Morowali ini dikerjakan bersama dua mitra asal Tiongkok, yaitu Taiyuan Iron and Steel (Group) Co., Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai). Proyek ini melibatkan tambang dan smelter nikel berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) rendah karbon yang didukung tiga pembangkit berbasis gas alam. Smelter ini ditargetkan memproduksi 73.000 metrik ton nikel per tahun.
Area pertambangan terletak di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi, sedangkan fasilitas pengolahan berada di Desa Sambalagi, Kecamatan Bungku Pesisir.
Smelter HPAL Sorowako yang dibangun di Malili, Luwu Timur, ini ditargetkan memproduksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baterai kendaraan listrik
Komentar Terbaru