NUSA DUA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai transisi energi merupakan keniscayaan yang harus dihadapi bersama. Karena itu, pemerintah mendorong agar investasi hulu migas tetap tetap kondusif untuk peningkatan produksi sehingga diperlukan berbagai kebijakan untuk mendorong minat investasi.

Menurut Airlangga, peningkatan produksi migas di dalam negeri merupakan cita-cita kita bersama dan ini sudah dibahas sejak bertahun-tahun. Dengan demikian, perlu ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh SKK Migas dengan situasi iklim investasi maupun insentifnya ini bisa lebih baik. “Kondisi ini juga untuk mendorong transisi energi yang mengarah pada energi baru dan terbarukan,” kata Airlangga saat berbicara secara daring pada 3rd International Oil and Gas Conference 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis (24/11/2022).

Agar investasi di hulu migas tetap berjalan secara kondusif, lanjut Airlangga, kebutuhan terhadap insentif baik fiskal maupun nonfiskal perlu dibahas secara mendalam antara pemangku kepetingan. KTT G20 yang diselenggarakan pada 15-16 November, menghasilkan kesepakatan bersama antara kepala negara di berbagai bidang. “Transisi energi ini masuk dalam salah satu kesimpulan untuk mencapai energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan,” katanya.

Di tengah situasi geopolitik tak menentu, terutama karena Rusia-Ukraina, transisi energi tidak mudah. Hal ini dilihat dari fluktuasi dan tingginya harga energi, terutamanya gas sampai hari ini, termasuk harga BBM di Indonesia.

Airlangga menyebutkan kondisi perekonomian dalam satu tahun ke depan masih punya berbagai tantangan yang disebut sebagai perfect storm. Selain ancaman Covid-19 yang belum selesai, ada pula kondisi perang.

Dana Moneter Internasional (IMF) memerkirakan pertumbuhan ekonomi global 3,2% dan diperkirakan masih turun di tahun 2023 menjadi 2,7%. Inflasi diperkirakan di tahun 2022 8,8%, dan turun secara global menjadi 6,5% di 2023. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di 5,7% di triwulan ketiga 2022, inflasi menurun dari 5,9 pada Agustus saat kenaikan BBM menjadi 5,7 di bulan Oktober.

“Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi the brights spot, jadi masyarakat di level ASEAN relatif lebih resiliens terhadap tantangan ekonomi,” jelas Airlangga.

Secara spasial di wilayah Indonesia pertumbuhan membaik, tertinggi ada di Sulawesi mencapai 8,25%, kemudian Maluku-Papua 7,51%, diikuti Bali, Nusa Tenggara Jawa Kalimantan dan Sumatera. “Tentu di luar Bali, Sulawesi, di Maluku dan Papua ini didorong harga mineral yang tinggi,” ujarnya.

Airlangga berharap, klaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, badan usaha baik milik swasta, maupun milik negara dan kontraktor migas bisa lebih baik lagi agar target yang dicanangkan bisa terealisasi. “ Target tersebut tentunya sangat berpegaruh pada penerimaan negara di APBN dan juga terhadap ekspor Indonesia,” katanya. (DR)