JAKARTA – Produksi migas lanjutan dengan menggunakan metode Enhance Oil Recovery (EOR) akan menjadi salah satu andalan untuk bisa mengejar target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) pada 2030. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan akan serius mengimplementasikan metode tersebut di beberapa blok yang telah diidentifikasi.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, mengatakan selama ini implementasi EOR, terutama chemical EOR atau penggunaan bahan kimia hanya sesumbar tidak pernah terealisasi atau hanya sekadar teori. Untuk itu, Arifin  meminta jajarannya, terutama dirjen migas yang baru, Tutuka Ariadji bisa mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama agar mulai menggunakan bahan kimia dalam EOR.

“Memang harus mempercepat program EOR. Selama ini kan hanya ngomong-ngomong saja EOR,  siapa yang jadi? Kami ingin ini dibuat satu program yang jelas. Di mana, mau kapan apa yang akan dicapai,” kata Arifin usai melantik Tutuka sebagai Dirjen Migas Kementerian ESDM, Jumat (6/11).

Menurut Arifin, sosok Tutuka dengan latar belakang yang cukup berpengalaman di sektor migas menjadi sosok yang tepat untuk mengimplementasikan EOR. Pemerintah juga akan membentuk tim khusus untuk menjalankan EOR ini.

“Ini yang akan dibentuk tim khusus untuk bisa melaksanakan EOR. Kerja sama dengan para stakeholder, KKKS,” ungkap Arifin.

Salah satu pekerjaan rumah yang cukup berat untuk menerapkan EOR adalah pengembangan Blok Rokan. Pada Agustus 2021,  PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya Pertamina Hulu Rokan (PHR) akan mengambil alih pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia.

Dalam roadmap Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), metode EOR akan dilakukan Pertamina paling cepat pada 2024 atau 2025. Di Rokan sebenarnya EOR steam flood sudah diterapkan di Lapangan Minas dan tinggal dilanjutkan ke tahap chemical EOR yang belum sempat diterapkan. Satu ganjalan utama untuk terapkan chemical EOR di Rokan adalah adanya formula bahan kimia yang kini masih menjadi milik Chevron dan belum tentu akan dialihkan juga ke Pertamina saat alih kelola tahun depan.

Tutuka mengatakan tugas besar memang diembannnya dengan adanya berbagai target yang diamanatkan pemerintah. EOR  bisa jadi instrumen penting dan harus diwujudkan untuk mencapai target produksi satu juta barel minyak per hari.

Menurut Tutuka, Blok Rokan akan menjadi fokus tersendiri. Saat ini blok tersebut dalam masa transisi dari Chevron ke Pertamina. Tutuka menilai mengawal pengelolaan Blok Rokan agar produksinya tidak anjlok adalah salah satu tugas paling berat saat ini.

“Saya kira terus terang saja Rokan ini paling berat dan saya harus masuk dulu untuk kerja sama dengan Pertamina.  Kami menguraikan masalah utamanya apa dari sisi makronya baru ke detail jadi terlalu dini jawab sekarang,” kata Tutuka.(RI)