JAKARTA –  PT Pertamina (Persero) telah masuk tahun kedua mengelola Blok Mahakam, namun produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi yang dihasilkan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Bahkan, realisasi lifting semester I 2019 hanya sekitar 60% dari target yang dicanangkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019.

Masa transisi saat alih kelola dari operator sebelumnya, PT Total E&P Indonesie disebut memberikan pengaruh besar terhadap kinerja Blok Mahakam saat ini. Salah satunya, karena menjelang kontrak berakhir investasi Total di Mahakam turun drastis. Ini bisa dilihat dari investasi sumur yang menurun menjadi hanya enam sumur pada 2017, jauh dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 44 sumur yang dibor.

Untuk menjaga produksi blok yang telah berumur puluhan tahun itu, Pertamina harus mengaktifkan kembali beberapa sumur yang sempat dianggap telah mati. “Setelah 45 tahun diproduksi dan dieksploitasi, makin lama ya makin menurun resources-nya. Kami sebut laju penurunan alamiah 57%. Kalau misalkan punya tangki 1.000 liter, produksi separuhnya, produksikan separuhnya sudah habis, decline 50%. Jadi harus isi 500 liter lagi kalau mau dipertahankan,” kata John Anis, General Manager Pertamina Hulu Makam di Jakarta, belum lama ini.

Menurut John, sistem reservoir Blok Mahakam sangat unik, karena itu perlu penanganan khusus. Untuk mempertahankan produksi maka diperlukan sumur-sumur baru.

“Di Mahakam itu, sistem reservoir sangat unik, bukan yang secara teori kayak ada kita lihat atau pernah dengar di bawah tanah. Reservoir kayak dome, tapi tidak seperti itu. Bentuknya seperti layer-layer. Layer-layer tipis ini, hanya bisa diakses sumur baru. Salah satu nafas tergantung dari sumur-sumur baru,” kata John.

Dengan investasi yang semakin sedikit tentu akan langsung berpengaruh terhadap produksi. Pertamina  sudah berupaya mengintervensi investasi di Mahakam pada 2017. Setidaknya ada 15 sumur, akan tetapi tidak bisa langsung dieksekusi karena kontrak masih dibawah kontraktor terdahulu. Sehingga ke 15 sumur tersebut baru bisa dibuka pada  2018, itu pun tidak bisa memberikan kontribusi maksimal terhadap produksi Blok Mahakam.

Apabila terus mengandalkan sumur-sumur produksi sekarang ini tentu tidak akan memberikan dampak dalam jangka panjang. Karena itu untuk menambah umur Blok Mahakam diperlukan penemuan cadangan baru.

Tahun depan, PT Pertamina Hulu Mahakam, sebagai operator, merencanakan untuk mengebor dua sumur eksplorasi masing-masing satu sumur di Lapangan Tunu dan Peciko. “Cadangan baru itu perlu, pada 2020 lagi disiapkan akan ada dua sumur. Ini eksplorasi terbatas, bukan di open area, namun masih di dalam Wilayah Kerja Mahakam. Risiko tidak sebesar open area. Kami optimistis bisa mengebor dua sumur tahun depan,” kata John.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan sejak masa transisi dan Pertamina menjadi operator di Mahakam, berbagai upaya maksimal telah dilakukan untuk bisa mempertahankan produksi atau minimal menekan laju penurunan alamiah. Namun jika dilihat dari investasi menjelang kontrak dari kontraktor terdahulu berakhir, investasi sangat minim, sehingga Pertamina perlu berjuang keras mengembalikan performa Blok Mahakam.

“Pada 2015 ada 110 sumur yang di bor, 2016 itu 44 sumur. 2017 tinggal enam sumur (dibor Total). Bayangkan  2018 diambil alih Pertamina, setengah mati mengaktifkan, berhasil bor 64 sumur. Bisa nahan laju decline, dari 57% jadi 25%. Decline di tahan 1-2%. Tapi produksinya sudah di bawah,” ungkap Dharmawan.

Untuk tahun depan Pertamina tetap akan menambah jumlah sumur yang diproduksi ,termasuk mulai melakukan eksplorasi di Mahakam untuk menemukan cadangan baru. Eksplorasi diharapkan menjadi titik awal perubahan kondisi Blok Mahakam.

“Bahwa investasi itu kunci untuk mempertahankan produksi. Pada 2020, selain mempertahankan jumlah sumur 120 ke atas, tapi ada dua sumur eksplorasi lagi. Eksplorasi untuk mencari game changer untuk future Mahakam,” kata Dharmawan.

Pada semester I tahun ini realisasi rata-rata lifting gas di blok Mahakam baru 60% dari target atau sebesar 662 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari target 1.100 MMSCFD. Kemudian Pertamina EP lifting sebesar 768 MMSCFD atau 95% dari target 810 MMSCFD. Kemudian lifting minyak realisasi sebesar 34.680 barel per hari (bph) atau 69% dari target 50.400 bph.(RI)