JAKARTA – Pemerintah menegaskan tidak kecolongan oleh India yang lebih dipilih Tesla, produsen kendaraan listrik asal Amerika Serikat untuk membangun pabrik di sana.

Arya Sinulingga, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mengatakan dari awal pemerintah mengincar Tesla untuk mau berinvestasi dalam bisnis baterai kendaraan listrik bukan membangun industri mobil listriknya.

“Sebenarnya Tesla bikin mobil, kami mengejar Tesla dari sisi baterai bukan mobil. Sejak awal kita bukan membangun industri mobilnya tapi membangun EV battery. Kami enggak merasa kecolongan ketika Tesla ke India,” kata Arya dalam diskusi virtual, Kamis (4/3).

Tesla diketahui telah mengajukan proposal investasi untuk mengembangkan Energy Storage System (ESS) kepada pemerintah. ESS ini nantinya bisa comply dengan baterai kendaraan listrik yang gencar dipersiapkan industrinya oleh pemerintah.

Agus Tjahajana, Ketua Tim Kerja Percepatan Pengembangan Baterai Kendaraan Listrik, mengatakan Kemenko Maritim dan Investasi telah menginisiasi pembicaraan dengan Tesla beberapa waktu lalu. Menurut dia, Tesla bukan satu-satunya perusahaan yang akan diajak bekerja sama untuk mengembangkan bisnis baterai.

Ada 11 perusahaan baterai dunia yang telah dijajaki oleh pemerintah dalam setengah tahun terakhir. Sejauh ini ada dua perusahaan yang serius ingin bekerja sama membangun pabrik baterai yakni LG Energy Solution dan China’s Contemporary Amperex Technology ( CATL).

“Penjajakan dilakukan dengan Kemenko Maritim dan Investasi, kami siap saja, kami sediakan lahannya kalau diperlukan. Kalau tidak, ya tidak apa-apa. Kita pada posisi lebih banyak menunggu. Tapi yang kedua ini sudah serius,” kata Agus.

Menurut Agus, hingga saat ini proses pembentukan pabrik baterai dalam tahap due dilligence. Setelah itu akan ketahuan porsi investasi atau kepemilikan di perusahaan yang akan dibentuk yakni PT Industri Baterai Indonesia (IBI).

ESS sebenarnya tidak hanya bisa diperuntukan untuk kendaraan listrik, tapi bisa juga dimanfaatkan untuk meningkatkan keandalan pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Septian Hario Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, mengatakan ESS merupakan komponen penting dalam pengembangan kendaraan listrik yang serupa power bank, namun dalam kapasitas besar serta bisa menjadi baterai kendaraan listrik. Selain itu, ESS ini juga bisa menjadi pembangkit ticker yang bermanfaat di kawasan terpencil.

“Mereka menjabarkan kesuksesan teknologi ini di Australia. Kami rasa ini juga menarik, dimana Indonesia negara kepulauan. Ini bisa dijadikan pembangkit ticker. Daripada bikin pembangkit baru di daerah terpencil, bisa pakai baterai ini saja,” kata Seto.(RI)