JAKARTA – PT PLN Nusantara Power menargetkan peningkatan upaya penurunan emisi melalui perdagangan karbon pada tahun ini mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu.

Karyawan Aji, Direktur Management Human Capital and Administrasi PLN NP, menyatakan untuk tahun ini PLN NP mematok target ada emisi setara 2 juta ton CO2 yang diperdagangkan. Dia menuturkan ada sedikitnya 13 pembangkit listrik yang akan terlibat dalam perdagangan karbon tahun ini.

“Tahun lalu kan hampir 1 juta ton, tahun ini mungkin 2 juta ton CO2. Ada 13 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap),” kata Aji disela diskusi dengan media, Selasa (23/4).

Menurut Aji, perusahaan sangat mendorong terjadinya transisi energi karena dengan perdagangan karbon itu inisiatif net zero itu lebih terpacu.

“Artinya perusahaan yang membangun renewable power plant bisa membuat sertifikat karbon, perusahaan-perusahaan yang mengurangi bisa membuat sertifikasi pengurangan emisi artinya dari emisi itu dapat diperjual belikan dan mendorong akan ada tambahan lain sehingga secara keekonomian perusahaan yang membangun renewable akan menjadi berkurang bebannya. Sebaliknya perusahaan2 yang mengoperasikan CO2 bebannya akan bertambah,” jelas Aji.

Pada tahun lalu PLN NP jadi salah satu pihak yang sangat agresif dalam pembukaan perdagangan karbon. Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) telah diresmikan sejak September tahun 2023. Saat baru diluncurkan PLN NP menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2.

IDXCarbon juga terhubung dengan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), administrasi dan perpindahan unit karbon menjadi lebih mudah dan menghindari double counting.

Tidak hanya terdaftar di bursa, PLN NP juga melakukan perdagangan karbon secara langsung dengan melingkupi 3 dari 4 aspek perdagangan karbon, yaitu perdagangan emisi secara langsung, offset emisi secara langsung, dan perdagangan offset melalui bursa. (RI)