JAKARTA – Pembangunan 170 lembaga penyalur sebagai bagian dari program BBM satu harga pada tahun ini akhirnya rampung. Ini ditandai dengan mulai beroperasinya SPBU Kompak 56.862.03 Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan ada 13 titik BBM satu harga yang beroperasi bersama sehingga genap 170 titik sudah terpenuhi.

“Kita meresmikan 13 titik terakhir di tahun 2019 sehingga total (dari tahun 2017-2019) sudah selesai dibangun 170 titik penyalur BBM Satu Harga. Ke depan saya sudah melaporkan kepada Bapak Presiden kalau bisa program ini dilanjutkan hingga 500 titik di 2024,” kata Jonan dalam keterangannya tertulisnya, Sabtu (12/10).

Lebih lanjut Jonan berharap, SPBU BBM Satu Harga ini ke depan bisa ditingkatkan menjadi SPBU komersial, tidak hanya melayani BBM bersubsidi. “Ke depan bisa juga melayani BBM jenis lainnya seperti Pertalite, Dexlite dan lain sebagainya,” ujar Jonan.

M Fanshurullah Asa, Kepala Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas), mengatakan dari penugasan kepada BPH Migas dari 2017 hingga 2019 telah dibangun 170 penyalur BBM Satu Harga, dengan rincian 160 Penyalur dibangun oleh PT.Pertamina (Persero) dan 10 Penyalur oleh PT. AKR Corporindo, Tbk.

“Adapun sebaran 170 titik penyalur BBM Satu Harga di seluruh wilayah Indonesia yakni Sumatera 31 titik, Jawa 3 titik, Kalimantan 42 titik, Bali 2 titik, Nusa Tenggara 25 titik, Sulawesi 17 titik dan Maluku-Papua 50 titik,” ujarnya.

Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur mengungkapkan bahwa hadirnya 2 SPBU BBM Satu Harga di Kabupaten Lembata (Kecamatan Omesuri dan Kecamatan Nubatukan) sangat membantu memenuhi kebutuhan BBM masyarakat Lembata.

“Sebelumnya kami hanya punya 1 APMS. Dengan tambahan 2 SPBU ini harapan kami BBM Satu Harga bukan hanya dapat dinikmati masyarakat yang dekat penyalur tapi juga nanti akan ada subpenyalur di desa-desa, sehingga harga BBM yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 30.000, nantinya paling tidak bisa di bawah 10.000 (di subpenyalur),” jelas Eliaser.(RI)