SEMBURAT  bahagia tampak dari rona Theresia Ridya Angganing Tyas. Perjalanannya mengelilingi Indonesia bersama kapal Elsa Regent, yang dimulai 20 November 2019, akhirnya dapat disudahi Senin, 3 Agustus 2020 jelang pukul empat sore WIB. Wajar perempuan cantik kelahiran 23 Maret 1983 itu bergembira atas kesuksesan survei seismik 2D sepanjang 31.140 km atau 103,6% dari target tanpa ada kecelakaan kerja menggunakan kapal Elsa Regent. Pasalnya, Theresia adalah navigator kapal yang dibeli PT Elnusa Tbk, anak usaha PT Pertamina (Persero), dari WesternGeco, anak usaha Schlumberger, pada 2016.

“Saya senang dan bangga atas keberhasilan tim yang terlibat dalam kegiatan survei seismik menggunakan kapal Elsa Regent,” ujar Theresia kepada Dunia Energi, Selasa, 27 Oktober 2020.

Kapal sepanjang 93,3 meter dengan dominasi warna biru laut dan putih di lambungnya itu mengangkut para ahli dari Grup Pertamina dalam pelaksanaan perdana survei seismik laut 2D Komitmen Kerja Pasti (KKP) Wilayah Kerja (WK) Jambi Merang di wilayah terbuka (open area). Kegiatan survei 2D WK Jambi Merang tak hanya dilakukan di wilayah kerja Jambi Merang di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, tapi juga di laut lepas. Karena itu, Elsa Regent juga berlayar mulai dari di Laut China Selatan, lepas pantai Sumatera Bagian Barat, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, perairan Sulawesi, Maluku, dan Papua serta melewati 35 cekungan (basins) yang terdiri atas enam producing basin, tujuh discovery basin, lima explored basin, dan 17 unexplored basin.

Theresia mengakui, Elsa Regent bukan kapal sembarangan. Kapal dengan lambung dicat putih dan biru laut ini memiliki sejumlah instrumen canggih yang mampu menunjang kegiatan seismik di perairan dangkal ataupun dalam, baik 2D maupun 3D. Salah satu instrumen penting yang dimiliki Elsa adalah Streamer, alat khusus sebagai penerima gelombang mekanik yang ditembakan alat khusus lainnya atau disebut Airgun.

Kemampuan Elsa Regent dapat disejajarkan dengan kapal-kapal survei seismik kelas dunia lainnya. Kunci dari Elsa Regent adalah memiliki teknologi broadband. Dengan teknologi ini ada dua tipe frekuensi yang dipancarkan oleh Elsa Regent, yakni high frequency dan low frequency melalui air gun. Tipe low frequency inilah yang bisa menjangkau dasar laut di perairan laut dalam.

Peran Theresia di Elsa Regent juga sangat strategis. Bergabung di Elsa Regent sejak akhir November 2016 sebagai Shift Leader Navigator, Theresia bertugas menyiapkan semua perangkat keras dan lunak agar siap digunakan, dokumentasi serta melatih karyawan Elnusa mengenai perangkat lunak navigasi TRINAV untuk job pertama Marine 2D bagi Elnusa dengan menggunakan teknologi Q-Marine.

Saat Elsa Regent mendapat tugas melakukan survei seismik open area PHE Jambi Merang, Theresia menjabat Chief Navigator. Ini bukannya tanpa alasan. Sebelum bergabung dengan Elsa Regent, sarjana teknik elektro Universitas Gadjah Mada ini sudah 8,5 tahun menjadi navigator di anak usaha Schulmberger. Tugas Theresia saat “memandu” nakhoda Elsa Regent dalam perjalanan survei open area WK Jambi Merang adalah memastikan proses akuisisi data seismik dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu, baik dari segi perencanaan dan pelaksanaan. Selain itu, dia juga bertanggungjawab memastikan semua peralatan navigasi dalam kondisi baik dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, serta menjaga kualitas data yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ada.

“Untuk departemen navigasi, tugas saya dibantu oleh shift leader dan operator navigator yang lain. Akan tetapi bekerja di kapal seismik merupakan kerja secara tim (teamwork) sehingga survei seismik hanya dapat dilakukan dengan baik dan berjalan lancar jika setiap departemen yang ada selalu membantu dan mendukung satu sama lain. Saya sendiri bertanggungjawab secara langsung kepada Party Chief yang membawahi bagian seismik,” ujarnya.

Selama di Elsa Regent, Theresia bekerja mulai pukul tujuh pagi hingga delapan malam. Berhenti sebentar untuk coffee break,  makan siang, dan makan malam. Aktivitas kerja dilakukan di Instrument Room. Dia berkoordinasi dengan personel pada shift malam untuk membahas mengenai kejadian atau hal-hal yang terjadi pada waktu malam hari, dilanjutkan dengan tugasain tugas lain seperti membalas surat elektronik yang masuk, melakukan quality control lintasan-lintasan seismik yang sudah “ditembak”, troubleshooting masalah-masalah yang ada, serta merencanakan proses akuisisi sambil berkoordinasi dengan departemen lain agar survei dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Tim seismik Pertamina di kapal Elsa Regent. (foto: dokumentasi PHE)

Salah satu masalah yang dijumpai saat melaut bersama Elsa Regent adalah komunikasi. Menurut Theresia, saat bertugas di Elsa Regent kerap kesulitan komunikasi karena akses internet yang lambat, bahkan terkadang tidak ada koneksi saat bekerja di area terpencil. Padahal, saat itu kru kapal membutuhkan informasi dari kantor, klien atau pihak lain.

“Banyaknya rumpon atau area-area dangkalan menyebabkan kami harus siap berpikir dan memutar otak bagaimana kapal dapat bermanuver yang aman tanpa membahayakan keselamatan kapal serta peralatan yang kita punya. Belum pula cuaca buruk dan gelombang besar merupakan tantangan tersendiri bagi kami yang berkerja di tengah laut,” katanya.

Syukurlah, Theresia dan tim Elsa Regent berhasil menjalankan tugas dengan baik, dengan hasil di atas target. Wahyu Irfan, Head of Corporate Communications PT Elnusa Tbk (ELSA), mengapresiasi tugas dan tanggungjawab yang diemban Theresia dalam “memandu” Elsa Regent yang dijalankan dengan sangat baik. Irfan menilai selama menjadi Chief Navigator Elsa Regent dalam proyek survei seismik 2D KKP WK Jambi Merang, Theresia menunjukan profesionalisme yang baik dan berperan penting dalam survei seismik. Apalagi kesetaraan gender diberlakukan di dalam pekerjaan seismik Elsa Regent dengan baik.

Theresia dinilai memiliki kepribadian yang baik (good personality), pengetahuan serta pengalaman yang kompeten sebagai navigator, dengan pengalaman beberaa tahun bekerja di luar negeri sebagai navigator. “Saat ini beliau memilih untuk berkontribusi untuk Indnesia. Ini membuktikan bahwa perempuan dapat bekerja sebaik beliau di dunia migas,” ujar Irfan kepada Dunia Energi, Kamis, 29 Oktober 2020.

Irfan menyebutkan, Theresia saat ini tidak sedang melaut. Chief Navigator akan melaut jika pekerjaan seismik sudah dimulai. “Elsa Regent saat ini stand by di Batam (Kepulauan Riau) untuk pekerjaan selanjutnya,” ujarnya.

Apresiasi untuk Eksplorasi

Medy Kurniawan, Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi, upstream subholding Pertamina, memuji keberhasilan survei seismik 2D yang dilakukan para ahli dari Grup Pertamina di kapal Elsa Regent. Apalagi, kegiatan survei seismik 2D ini merupakan bagian dari KKP Jambi Merang hingga 2024 dengan nilai investasi sebesar US$ 239,3 juta. Khusus kegiatan eksplorasi, dalam KKP sudah dialokasikan sebesar US$ 196,5 juta untuk meningkatkan penemuan cadangan sehingga akan ada kegiatan eksplorasi lainnya dalam beberapa waktu ke depan yang akan dilakukan PHE Jambi Merang.

“Kami juga berterima kasih kepada para semua pemangku kepentingan yang memberikan dukungan atas pekerjaan survei 2D. Insya Allah, kami akan memproses dan mengevaluasi hasil survei 2D. Kami berharap hasil evaluasi bisa selesai November nanti,” kata Medy.

Shinta Damayanti, Kepala Divisi Eksplorasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), menambahkan keberhasilan survei 2D KKP WK Jambi Merang menuntaskan survei telah memberi harapan baru. Tidak hanya diselesaikan sesuai jadwal dan di masa pandemi, sekaligus mencatat sejarah sebagai yang terpanjang di Asia Pasifik. Apalagi nantinya survei 2D KKP Open Area Jambi Merang itu menjadi jalan untuk menemukan sumberdaya migas kelas kakap alias giant discovery.

Data Dunia Energi yang dilansir dari SKK Migas menunjukkan, hingga akhir kuartal III 2020, total kumulatif seismik KKP WK Jambi Merang mencapai 32.200, termasuk 1.000 km di area Natuna. Ini terdiri atas 7.050 km pada 2009 dan 25.150 km pada 2020,

Menurut Shinta, survei 2D WK Jambi Merang adalah merekam data yang lebih dalam karena SKK Migas memiliki bukti-bukti dari sumur-sumur bahwa ada potensi yang lebih dalam. Data dari Elsa Regent dipegang Pertamina yang kemudian memprosesnya. Selama satu tahun hak atas proses penemuan bukti dari survei milik Pertamina.

“Ini yang dulu tidak pernah ada. Di KKP itu berbeda. Pelaksana akuisisi, dalam hal ini PHE Jambi Merang atau Pertamina, hanya punya waktu satu tahun untuk mengevaluasi. Kalau berminat untuk area tersebut, Pertamina bisa mengajukan lelang terbuka ke Dirjen Migas Kementerian ESDM untuk lelang WK baru. Kalau Pertamina yang minta akan diberikan, kalau bukan Pertamina akan dilakukan lelang terbuka. Ini kesempatan Pertamina untuk leading,” ujar Shinta.

Briefing tim seismik di kapal Elsa Regent. (foto: dokumentasi PHE)

Setelah survei seismik 2D WK Jambi Merang, rencana SKK Migas berikutnya terhadap KKP Jambi Merang adalah merevitalisasi data-data seismik yang pernah diakuisisi sehingga bila digunakan ke depannya secara lebih efisien dan efektif. Selain itu, meningkatkan peluang ditemukannya giant discovery melalui comprehensive extensive exploration berbasis artificial intelligence seismic pseudo 3D. SKK Migas juga berupaya meningkatkan daya tarik investasi hulu migas pada area objektif melalui penyediaan subsurface analysis yang lebih komprehensif dan aksesibilitas daya yang mudah serta informatif.

Survei seismik 2D KKP open area di WK Jambi Merang adalah kegiatan out of the box dalam upaya mencari sumber minyak dan gas berskala raksasa. Kegiatan ini sejatinya juga menjadi bisa dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama lainnya, bukan hanya Pertamina karena peningkatan cadangan migas adala tugas kita bersama. Karena itu, kita tak boleh jeri untuk terus mencari sumber energi! (yurika indah prasetianti)