JAKARTA- Pemanasan global saat ini berpotensi menenggelamkan Indonesia di usia ke 100 tahun pada 2045 jika tidak ada upaya serius mengatasi peningkatan suhu bumi akibat emisi karbondioksida (CO2). Beberapa wilayah di pantai utara Jawa Barat dan Jawa Tengah mengalami kenaikan muka laut, bahkan beberapa di antaranya mengalami abrasi.

Emil Salim, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada masa Pemerintahan Soeharto, mengatakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang menghadapi ancaman karena kenaikan muka laut. Cairnya es di Kutub Utara akibat suhu Bumi yang semakin panas disebabkan lepasnya pencemaran CO2.

“Ini adalah karbon bikinan manusia dari pembakaran minyak bumi, batu bara, pencemaran industri, dan sebagainya,” ujar Emil saat menjadi pembicara kunci pada Indonesia CCS Breakfast Talk with Chief Editor Media di Jakarta, pada Rabu (15/11/2023).

Menurut Emil, emisi CO2 yang semakin tebal berakibat suhu bumi semakin panas. Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi ancaman bencana lingkungan hidup jika emisi karbon ini tidak dikendalikan. “Pemanfaatan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS) adalah solusi riil menghadapi masalah ini,” katanya.

Maha guru emiritis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu menjelaskan, pembangunan yang mengandalkan minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energi utama menghasilkan CO2. Dampak dari massifnya penggunaan minyak bumi dan batu bara baru akan dirasakan beberapa puluh tahun ke depan berupa kenaikan suhu, mencairnya es di kutub, dan kenaikan air laut.

Para ahli telah mencari jalan untuk mengatasi dampak pemanasan global dengan fokus pada penurunan emisi karbon yang menjadi penyebab kenaikan suhu bumi. Emil menjelaskan bahwa CO2 seperti selimut. Semakin tebal CO2 itu, semakin panas suhu bumi sehingga CO2 harus dikendalikan dengan teknologi CCS, ditangkap dan disimpan untuk digunakan di dalam bumi.

PT Pertamina (Persero) diketahui telah memiliki sejumlah kerja sama untuk studi pengembangan CCS, yang terbaru adalah kerja sama dengan ExxonMobil untuk pengembangan CCS Hub di Cekungan Asri dan Cekungan Sunda di Laut Jawa.Total investasi fasilitas CCS tersebut mencapai US$ 2 miliar.

Emil juga menyebutkan bahwa PT PLN (Persero) memiliki CO2 dari pembakaran batu bara. PLN diminta fokus menurunkan emisi CO2 yang dihasilkan oleh PLTU batu bara. “Kita harus fokus, sebelumnya minyak dan batubara mengotori udara, nantinya bisa digunakan untuk membersihkan udara melalui CCS,” jelas dia. (DR)