Pertamina tetap mengalokasikan belanja modal yang dominan untuk sektor hulu migas.

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) 2019 sebesar US$5,5 miliar, turun dibandingkan alokasi tahun ini sebesar US$5,59 miliar.

Pahala N Mansury, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan belanja modal disiapkan untuk sektor hulu dan hilir. Sektor hulu masih mendominasi serapan belanja modal sebesar 50%, sisanya untuk investasi di sektor hilir termasuk akan menggenjot investasi kilang dan logistik.

“Kurang lebih rencana kami sekitar 50% di hulu, sisanya 25% di hilir, termasuk untuk ekspansi refinery (kilang) dan 25% untuk pengembangan infrastruktur logistik,” kata Pahala disela pelaksanaan Pertamina Energy Forum di Jakarta, Rabu (28/11).

Rencana capex 2019 terlihat menurun dari rencana pada tahun ini, tapi sebenarnya justru terjadi peningkatan karena hingga akhir 2018 realisasi capex dipastikan tidak akan mencapai target.

Menurut Pahala, penyebab tidak tercapainya target belanja modal lebih disebabkan kondisi ekonomi global yang memberikan pengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan harga minyak dunia.

Pertamina memperkirakan realisasi capex tahun ini tidak sampai US$5 miliar. “Realisasinya mungkin diperkirakan antara US$ 3,5 miliar – US$ 4 miliar,” kata Pahala.

Menurut Pahala, perubahan berbagai kondisi ekonomi makro seperti nilai tukar rupiah dan harga minyak dunia mempengaruhi kelanjutan berbagai proyek infrastruktur Pertamina, sehingga realisasi investasi tersendat.

“Ya karena kesempatan untuk melakukan pengembangan dan lain sebagainya mungkin belum,” tukasnya.

Pada 2019, peningkatan belanja modal diharapkan terjadi berkat adanya berbagai proyek infrastruktur, termasuk pembangunan kilang yang diyakini Pertamina akan mulai digencarkan kembali. Serta berbagai inovasi untuk pengembangan produk  baru seperti green fuel dan gasifikasi.

“Karena tadi itu (capex naik), pengembangan kilang dan lain sebagainya,” ungkap Pahala.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan tahun depan Pertamina akan lebih leluasa dalam berinvestasi. Ini tidak lepas dari penyesuaian berbagai pos pembiyaan Pertamina, termasuk adanya fasilitas penggantian biaya dalam penyaluran BBM jenis solar.

Pertamina akan mendapatkan berbagai beban dan biaya yang ada sudah dimasukkan ke dalam formula, termasuk biaya logistik IT yang dikeluarkan. Serta biaya yang timbul akibat adanya pelaksanaan program BBM satu harga. Besaran penggantian diharapkan bisa mencapai US$1,3 miliar.

“Jadi tahun depan kami sudah tidak berpikir beban lagi, karena sudah bisa lebih bebas ekspansi termasuk salah satunya kilang,” tandas Nicke.(RI)