JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memang mencatatkan revenue cukup tinggi pada tahun 2022 yakni mencapai Rp84,8 triliun dengan laba yang dibukukan mencapai Rp4,05 triliun. Namun demikian ternyata bebannya ata Cost of Goods Sold (COGS) juga meningkat drastis.

Dalam laporan keuangan perusahaan terungkap bahwa beban pokok penjualan Pertamina sepanjang tahun lalu mencapai Rp60,9 triliun meningkat pesat 48% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp41,06 triliun.

Ada dua beban terbesar yang meningkat yakni impor BBM jenis premium dan solar. Untuk impor BBM premium mencapai Rp15 triliun padahal tahun 2021 kocek yang dikeluarkan Pertamina hanya Rp6,7 triliun. Impor solar lebih besar lagi sepanjang tahun 2022 yakni mencapai Rp1,2 triliun meningkat 2.187%

Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, menjelaskan melonjaknya impor beban pembelian BBM Premium dan Solar seiring dengan meningkatnya konsumsi BBM, sehingga Pertamina wajib menyediakan BBM.

“Karena kan penjualan BBM kita meningkat,” kata Emma singkat di Kantor Pusat Pertamina, Selasa (6/6).

Lebih lanjut dia menyatakan bahwa pembelian BBM premium bukan untuk digunakan secara langsung melainkan sebagai bahan baku untuk membuar BBM jenis Pertalit yang saat ini menjadi BBM penugasan.

“Pertalite bukan konsumsi ya, itu untuk diolah dimasak jadi Pertalite,” ujar Emma.

Realisasi penyaluran BBM Solar tahun lalu adalah 17,5 juta KL sementara realisasi penyaluran JBKP Pertalite adalah 29,5 juta KL. (RI)