JAKARTA – PT PLN (Persero) akan menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah senilai US$ 1 miliar – US$2 miliar atau sekitar Rp 13 triliun-Rp26 triliun pada kuartal II 2018. Dana hasil penerbitan obligasi  akan digunakan untuk mendukung kebutuhan operasional dan investasi perusahaan.

“Mudah-mudahan sebelum Juni, semester satu ini,” kata Sofyan Basir, Direktur Utama PLN di Jakarta, Senin (8/1).

Sofyan memastikan penerbitan obligasi tidak hanya untuk mendukung kebutuhan operasional, namun juga dimanfaatkan guna mendukung pembiayaan investasi.

Penerbitan obligasi berdenominasi rupiah di pasar global sebagai alternatif pembiayaan untuk mengatasi keterbatasan sumber pembiayaan dari sektor perbankan.

“Kami sedang mencari yang rupiah, apalagi keterbatasan dari perbankan nasional pasti ada. Walau punya plafon, kami mau coba bagaimana penerimaan dari pihak luar dalam rupiah,” kata Sofyan seperti dikutip Antara.

Sofyan juga mengatakan target penerbitan obligasi tidak terlampau besar dan disesuaikan dengan kebutuhan dan aset yang dimiliki PLN saat ini. Ini diungkapkannya saat membandingkan dengan penerbitan obligasi yang dilakukan PT Jasa Marga. Jasa Marga sebelumnya  menerbitkan Komodo Bonds senilai US$ 300 juta  atau sekitar Rp4 triliun.

“Aset PLN sekarang Rp1.300 triliun, Jasa Marga Rp100 triliun. Jadi kebutuhannya memang jauh, kalau Rp2 triliun-Rp 5 triliun cukup dari bank lokal,” ujar Sofyan.

Saat ini, kebutuhan pembiayaan PLN pada 2018 diproyeksikan mencapai US$5 miliar untuk mendukung pengadaan proyek sebesar Rp2.000 triliun dalam lima tahun.(AT)