JAKARTA – Schneider Electric bekerjasama dengan PT Dunia Virtual Online untuk mengembangkan infrastruktur data center AREA31 yang berlokasi di Cimanggis, Jawa Barat.

Konsep green data center semakin menjadi fokus dari para pelaku industri data center sebagai upaya dekarbonisasi dari kegiatan operasionalnya yang mencakup dua aspek utama yaitu efisiensi konsumsi listrik yang terukur dan peralihan ke sumber energi terbarukan, serta upaya-upaya pengurangan dampak lingkungan langsung dari fasilitas dan teknologi data center.

Studi internal Schneider Electric memperkirakan pada tahun 2025, penggunaan energi oleh industri TIK akan membengkak menjadi 20,9% dari total global, dan menyumbang 5,5% dari emisi gas rumah kaca global. Sementara itu salah satu konsumsi listrik terbesar di industri TI berasal dari data center.

Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia, mengatakan bahwa listrik dan pendinginan (cooling) mengonsumsi energi terbesar di data center dan perlu menjadi prioritas utama dalam peningkatan keberlanjutan. Sistem pendinginan mengonsumsi listrik paling besar di dalam fasilitas data center hingga mencapai lebih dari 37% dari total konsumsi listrik, dan membutuhkan sumber daya air dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pemantauan yang real time untuk mengukur efektivitas operasional fasilitas data center dalam penggunaan listrik, air, dan sumber daya lainnya.
“Tidak hanya itu, pemilihan solusi dan teknologi data center yang mengusung konsep ramah lingkungan dan dapat mengoptimalkan siklus hidup data center juga sangat penting dalam mendukung ketahanan dan keberlanjutan operasional suatu data center,” kata Yana, Rabu(8/2).

Dalam mendukung infrastruktur AREA31 menjadi green data center, pondasi dasar adalah memiliki visibilitas menyeluruh terhadap perjalanan aksinya termasuk konsumsi energi, memiliki kemampuan untuk memproses dan menganalisa data secara akurat dan real time untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat sasaran.

Schneider Electric mendukung hal tersebut melalui berbagai solusi mulai dari perangkat terhubung (connected product) antara lain LV switchgear, dan MV switchgear, hingga perangkat lunak seperti DCIM untuk memantau kinerja infrastruktur data center secara real time, dan uniflair room cooling sistem pendinginan (cooling system) yang akan meningkatkan efisiensi konsumsi energi, mengontrol kelembaban, dan menjaga stabilitas suhu udara di ruangan cooling.

Michael Alifen, President Director AREA31, mengungkapkan AREA31 mengusung konsep Purpose-Built Data Center yang menyediakan tidak hanya solusi data center, namun juga satelit teleport. AREA31 memiliki kapasitas hingga 25 MegaWatt yang nantinya akan tersedia 8 Data Hall yang mengakomodir hingga 1.200 rack.
“Kami memiliki visi misi untuk menjadikan AREA31 sebagai green & sustainable data center. Oleh karena itu, kami memilih mitra digital yang memiliki solusi dan rekam jejak mumpuni dalam sustainability. Hal ini yang menjadi pertimbangan kami memilih Schneider Electric sebagai mitra untuk mendukung infrastruktur AREA31 agar lebih efisien, lincah, andal dan sustainable,” ungkap Michael.

Adapun AREA31 merupakan penyedia Hyperscale Data Center berkonsep military bunker dengan 8 High-Security Layers, dan menawarkan area rooftop seluas 3.500 meter persegi sebagai fasilitas Telecommunication Port (Teleport). Fasilitas ini diperuntukkan bagi Satellite Communication Provider untuk colocation Stasiun Bumi dengan kapasitas hingga 14 unit antena stasiun bumi berdiameter 9 meter. AREA31 telah tersertifikasi RATED 3 oleh ANSI TIA 942.

Yana menyatakan bahwa AREA31 akan menjadi salah satu contoh dari praktik terbaik dari pelanggan Schneider Electric dalam mentransformasi bisnisnya tidak hanya pintar, namun juga sustainable.
“AREA31 akan menambah deretan pelanggan Schneider Electric yang menjadi bagian dalam Gerakan #GREENHEROESForLife. Sebuah inisiatif Schneider Electric untuk berbagi inspirasi perjalanan para pelanggan dan mitranya dalam mencapai tujuan sustainability dan membangun komunitas untuk berdialog dalam mencari solusi untuk percepatan realisasi aksi iklimnya,” ujar Yana.(RA)