JAKARTA – Presiden Joko Widodo kembali menegaskan percepatan peningkatan nilai tambah batu bara yang dilakukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) segera dikejar penyelesaiannya. Saat ini pengerjaan hilirisasi batu bara baru dilakukan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Apollonius Andwie C, Corporate Secretary Bukit Asam, mengungkapkan komitmen Bukit Asam tercermin dari keseriusan  mengembangkan hilirisasi batu bara antara lain dengan rencana pembangunan pabrik pemrosesan batu bara menjadi dymethil eter (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Selain DME, proyek Tanjung Enim juga akan menghasilkan 300 ribu ton Methanol, dan 250 ribu ton Methanol Ethylene Glycol (MEG).

“Pabrik hilirisasi batu bara tersebut akan mengolah sebanyak enam juta ton batu bara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton DME yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG,” kata Apolluonius, Jumat (30/10).

Menurut dia, kehadiran DME sebagai bahan bakar alternatif bisa membantu menekan impor LPG dan menghemat devisa negara. “Berdasar perhitungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, potensi penghematan negara bisa mencapai Rp8,7 triliun,” kata Apolluonius.

Bukit Asam akan bekerja sama dengan PT Pertamina dan Air Product dalam menggarap proyek gasifikasi batu bara.  Pertamina sebagai mitra dalam hal pemasaran produk DME nantinya dan Air Product adalah mitra yang telah memiliki teknologi dalam hilirisasi batu bara. Bukit Asam sendiri akan memastikan pasokan batu bara yang dibutuhkan sebagai bahan baku.

Apollo menuturkan proyek hilirisasi batu bara Bukit Asam tetap berjalan meskipun diterjang pandemi Covid-19. Persiapan konstruksi proyek hilirisasi direncanakan dimulai pada pertengahan 2021 dan target operasi di 2025. “Proyek hilirisasi ini ini juga telah disetujui Presiden Joko Widodo sebagai bagian dari Program Strategis Nasional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020,” ujar dia.

Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam, sebelumnya menuturkan kebutuhan biaya pembangunan pabrik hilirisasi nanti tidak akan dibebankan kepada Bukit Asam maupun Pertamina. Air Product nanti yang akan menangung biaya investasi sebesar US$2,4 miliar.

”Investasi US$2,4 miliar untuk gasifikasi. Bukit Asam sebagai coal supplier yang ang suplai ke pabrik. Pertamina sebagai offtaker produk. Yang bangun pabrik adalah nantinya Air Product yang akan bawa dana US$2,4 miliar tadi. Kita hanya siapkan infrastruktur, sarana perizinan dan suplai batu bara,” kata Arviyan.(RI)