JAKARTA- PT Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina (Persero), mencatatkan rata-rata produksi minyak pada kuartal I 2020 sebesar 83.087 barel per hari (BOPD) atau 104% dibandingkan realisasi periode sama 2019 yang tercatat 80.069 BOPD. Sedangkan produksi gas sebesar 819 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), atau 99% dibandingkan kuartal I 2019 yang mencapai 822 MMSCFD.

“Total produksi migas PHE pada kuartal I 2020 mencapai 224,44 BOEPD, lebih tinggi dari realisasi kuartal I 2019 yang tercatat 223,54 BOEPD kendati masih di bawah RKAP 2020 yang diproyeksikan 226,24 BOEPD,” ujar Meidawati, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi kepada Dunia-Energi di Jakarta, Minggu (26/4).

Penopang utama kenaikan produksi minyak PHE adalah adalah PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ). Dari target produksi kuartal I 2020 sebesar 26.109 BOPD, PHE ONWJ berhasil memproduksi minyak 29.018 BOPD. Sedangkan untuk gas, kontributor utama adalah JOB Tomori yang tercatat 169 MMSCFD dari target 160 MMSCFD.

“Dari lima APH, alhamdulillah produksi gas dari target kuartalan. Selain Tomori, ONWJ juga naik menjadi 98 MMSCFD dari 92 MMSCFD, Jambi Merfang naik dari target 90 MMSCFD realisasi 95 MMSCFD,” ujar Meidawati.

Namun, peningkatan produksi minyak belum mendongkrak sisi finansial. Meidawati mengatakan pendapatan PHE sepanjang kuartal I 2020 sebesar US$561 juta atau sekitar Rp 8,9 triliun (kurs Rp16.000 per dolar AS). Raihan pendapatan ini lebih rendah dibandingkan periode sama 2019 yang mencapai US$ 659,47 juta.

Sementara itu, laba bersih juga turun dari US$180,5 juta pada kuartal I 2019 menjadi US$ 122 juta pada periode Januari-Maret 2020. Dalam RKAP 2020, PHE menargetkan laba sebesar US$ 487 juta dan pendapatan US$ 2,48 miliar.

“Penurunan pendapatan dan laba juga wajar karena harga minyak yang turun. Pada kuartal I 2019 rerata harga minyak US$ 59,8 per barel sedangkan pada kuartal I 2020 harga minyak turun jadi US$ 50,2 per barel,” ujarnya. (DR)