JAKARTA – Aktivitas perawatan beberapa fasilitas produksi gas dipastikan akan menyebabkan produksi Kilang LNG Tangguh yang dioperatori BP Berau Ltd turun pada kuartal II 2019.

Fatar Yani Abdurrahman, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menegaskan meskipun cukup besar, penurunan produksi gas Tangguh  sudah direncanakan (planned shutdown) dan sudah dilaporkan ke SKK Migas.

“Oh iya ada itu planned shutdown, berkurang sampai 690 juta kaki kubik per hari (MMSFCD),” kata Fatar di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Kamis (4/4).

Menurut Fatar, maintenance yang dilakukan di fasilitas train 1 oleh BP sudah berlangsung selama lima hari dan dijadwalkan akan berlangsung selama 23 hari. BP juga sudah berkoordinasi dengan para konsumen gas terkait pasokan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) yang diproduksi dari Tangguh.

“Tidak masalah (ke konsumen) karena sudah direncanakan semua. Itu kan pemeliharaan rutin, 23 hari, dari minggu lalu, sudah lima hari,” kata Fatar.

Berdasarkan data SKK Migas, sebenarnya pengurangan produksi tidak hanya gas akan tetapi juga minyak sekitar 3.400 barel per hari (bph).

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Komunikasi dan Program SKK Migas, mengatakan perawatan fasilitas bertujuan untuk meningkatkan kehandalan fasilitas. Penurunan produksi selama 23 hari juga tidak akan mempengaruhi capaian kumulatif produksi sepanjang tahun karena setelah perawatan produksi bisa langsung ditingkatkan.

“Pemeliharaan sudah terjadwal sebelumnya dan produksi akan di-catch up sehingga secara yearly tetap sesuai target produksinya,” kata Wisnu.

BP merupakan salah satu kontraktor dengan lifting gas terbesar di Indonesia. Hingga kuartal pertama tahun ini saja lifting gas dari blok Tangguh sudah mencapai 181 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD).(RI)