JAKARTA– PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) dan kontraktor kontrak kerja sama di bawah pengawasan SKK Migas, mencatatkan kinerja cukup moncer sepanjang 2018. Hal itu dibuktikan dari raihan produksi minyak dan gas yang mencapai 101% dari target 253 juta barrel oil equivalent per day (MBOEPD), terdiri atas produksi minyak 79.690 BOPD atau 96% dari target 83 ribu BOPD dan gas 1.017 MMSCFD atau 103% dari target 986 MMSCFD.

Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur Pertamina EP, mengatakan kinerja produksi yang cukup baik juga berdampak pada kinerja keuangan yang positif. Sepanjang tahun lalu, Pertamina EP mencatatkan laba bersih sebesar US$ 753 juta (belum diaudit) atau setara Rp 10,7 triliun (kurs Rp14.200), naik signifikan dari realisasi 2017 yang tercatat US$ 615 juta.

“Kami bersyukur karena produksi minyak dan gas (ekuivalen) PT Pertamina EP melebih target yang sudah ditetapkan pada rencana kerja. Pencapaian tersebut merupakan hasil kontribusi seluruh pekerja dan mitra kerja Pertamina EP tanpa terkecuali,” ujar Nanang dalam media briefing di Jakarta, Selasa (22/1). Hadir dalam kegiatan tersebut Direktur Operasi dan Produksi Chalid Said Salim, Direktur Pengembangan John H Simamora, serta Direktur Eksplorasi dan Penemuan Cadangan Baru Achmad Alfian Husein.

Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf (kiri) dan Direktur Operasi dan Produksi Chalid Said Salim. (foto: Dudi Rahman/Dunia-Energi).

Nanang mengatakan, sepanjang 2018, selain melakukan pemboran sumur baru, capaian produksi juga diperoleh melalui kegiatan work over, well service, dan well intervention. Kegiatan perawatan sumur yang sudah dijalankan diharapkan dapat mendukung usia produksi (lifetime) sumur existing sehingga menjadi lebih panjang. “Kami berharap Pertamina EP dapat menemukan prospektif pemboran baru dengan nilai komersialitas yang tinggi,”katanya.

Kontributor untuk produksi minyak Pertamina EP terutama dari Asset 4 dan Asset 5, serta untuk kotributor produksi gas Pertamina EP berasal dari Asset 2, Asset 4, dan Asset 5.

Nanang juga menyebutkan pencapaian Pertamina EP lainnya adalah penurunan decline rate pada 2018 menjadi incline rate sebesar 7%. Hal tersebut merupakan prestasi tersendiri dan cukup progresif dari beberapa tahun terakhir.

Untuk 2019, Pertamina EP memproyeksikan produksi minyak 85 ribu BOPD sesuai proyeksi lifting SKK Migas. Sementara produksi gas 970 MMSCFD. Dengan demikian total produksi migas tahun ini sebesar 258 MBOEPD.

“Untuk minyak, secara kumulatif masih menjadi andalan adalah Asset 5, sedangkan untuk field dari Prabumulih Field di Asset 2. Sedangkan untuk gas berasal dari Asset 2 dengan terbesar dari Pendopo Field,” ujarnya.

Nanang juga menjelaskan strategi untuk mencapai rencana kerja 2019 antara lain adalah memenuhi aspek HSSE, fokus eksekusi program kerja bor, work over, well service, dan well intervention yang sudah direncanakan, monitor terintegrasi proses pengadaan, monitoring progress fisik dan biaya secara rutin, sinergi antarfungsi sebagai dasar eksekusi rencana kerja, serta cost effectiveness. Salah satu implementasi pada akhir 2018 adalah melaksanakan kegiatan pemboran yang merupakan rencana kerja 2019, bahkan beberapa tajak sumur dilaksanakan pada malam pergantian tahun.

Selain kinerja operasional, Pertamina EP juga berhasil mendapatkan predikat Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia sebanyak empat predikat emas, 11 (sebelas) predikat hijau, dan 4 (empat) predikat biru.

“Kami percaya dengan bersinergi antarfungsi dan semangat untuk mencapai rencana kerja yang sudah diterapkan dapat memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan dan bagi NKRI,” katanya. (DR)