JAKARTA – Proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Baturaden, Banyumas, Jawa Tengah, ditargetkan beroperasi (commercial operation date/COD) pada 2021.
Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan saat ini Kementerian ESDM terus mengawal perencanaan penanganan dampak proyek PLTP Baturaden. Dia berharap agar masyarakat  sekitar tetap mendukung pembangunan PLTP yang merupakan energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta tidak terprovokasi dengan isu adanya dampak seperti lumpur Lapindo.
“Saat ini sudah konstruksi wellpad (pemboran), membangun jalan sepanjang sembilan kilometer. Kalau tidak ada kendala, COD-nya pada  2021,” ujar Yunus kepada Dunia Energi,  Kamis (3/10)
PLTP Baturaden termasuk di dalam proyek percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu megawatt (MW) tahap II, dan direncanakan akan dikembangkan dengan kapasitas sebesar 220 MW.
Yunus menambahkan, saat ini juga dilakukan pengelolaan sumber mata air di sekitar lokasi proyek dikarenakan sumber mata air ini bermuara ke Sungai Prukut yang digunakan masyarakat di Kecamatan Cilongok untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
PLTP Baturaden dikembangkan oleh PT Sejahtera Alam Energi (SAE). Investasi yang telah dikeluarkan PT SAE untuk mengembangkan WKP Baturaden sampai dengan akhir  2016 sebesar US$ 13.206.381.
SAE juga telah melakukan program pemberdayaan masyarakat seperti perekrutan tenaga kerja lokal untuk pengembangan proyek PLTP Baturaden.
Menurut Yunus, karakteristik panas bumi berbeda jauh dengan minyak bumi dan gas (migas). Migas biasanya terdapat di lapisan sedimen yang lemah dan memiliki tekanan tinggi. Sedangkan panas bumi, berada di lapisan batuan beku dan bertekanan kecil.
Panas bumi hanya menghasilkan sekitar 1,5 persen emisi CO2 dibandingkan dengan batu bara dan hanya sekitar 2,7 persen emisi CO2 dibandingkan dengan gas.
SAE telah berkomitmen untuk melakukan perbaikan dari sisi hulu proyek PLTP, pembersihan jaringan pipa akibat tersumbat lumpur, serta perbaikan sistem jaringan perpipaan yang tedampak dan mengganti meteran yang rusak.
“Untuk penanganan secara permanen, SAE akan membangun bak penampungan air besar untuk konsumsi air buat warga terdampak dan pengeboran sumur air tanah,” kata Yunus.(RA)