JAKARTA – PT PLN (Persero) akan menyerap listrik sebesar 5 Megawatt (MW) yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Surakarta yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Jawa Tengah, pada akhir 2022.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menjelaskan PLTSa berkapasitas 5 MW ini akan menggunakan bahan bakar sampah yang dikelola oleh masyarakat. Memanfaatkan teknologi gasifikasi plasma, sampah rumah tangga yang menjadi masalah lingkungan bisa diolah menjadi bahan baku listrik yang ramah lingkungan.

Meskipun melalui proses pembakaran, penggunaan sampah sebagai bahan energi tidak akan mencemari lingkungan sekitar, karena gas yang dihasilkan dari proses ini bebas dari bahan kimia maupun kandungan lainnya yang berbahaya.

“Pembangunan PLTSa Surakarta adalah salah satu yang paling urgent dan menjadi fokus perhatian kami dalam jangka pendek. Sebab, melalui proyek ini menjadi langkah dalam mencapai net zero emission di 2060 mendatang,” ujar Darmawan, Rabu(26/1).

Ia mengatakan konstruksi proyek senilai Rp 330 miliar ini sudah mencapai 67,84%. Ditargetkan, pembangkit yang berada di TPA Putri Cempo Surakarta ini sudah bisa beroperasi secara penuh pada Desember 2022.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, menyampaikan pembangunan PLTSa Surakarta merupakan bagian dari program pemerintah yang menargetkan pengoperasian 12 PLTSa di seluruh Indonesia.
Amanat ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018, tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, untuk mendorong pemanfaatan energi bersih dan terbarukan.

“Kami mendorong agar PLTSa di Surakarta ini bisa segera selesai dengan target yang sudah direncanakan. Nantinya PLTSa ini akan menjadi benchmark bagi 10 lokasi lainnya,” ujar Arifin.

Tidak hanya mampu mengurangi emisi gas rumah kaca, keberadaan PLTSa Surakarta akan memproduksi listrik ramah lingkungan, dan juga mengurangi tumpukan sampah rumah tangga.

“Sampah memiliki nilai tambah apabila dapat diubah menjadi energi yang aman dan efisien. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan untuk pemenuhan pasokan energi nasional serta turut mendukung transisi energi dan mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca,” kata Arifin.

PLN dan pengembang PLTSa Putri Cempo yaitu PT Solo Citra Metro Plasma Power sebelumnya telah menyepakati harga jual beli listrik sebesar US$13,35 sen per kwh atau setara Rp 1.800 per kWh. Sebagai pembeli, PLN siap menyerap listrik untuk disalurkan ke masyarakat luas.

“Kami dari sisi PLN all-out dalam mendukung sisi teknis dan kebutuhan-kebutuhan pembangunan PLTSa,” kata Darmawan.

Ia menambahkan, agenda pembangunan PLTSa di berbagai tempat ini adalah tonggak sejarah kedigdayaan energi lokal ke depan.

“Dari yang sebelumnya pembangkit-pembangkit berbasis fosil, akan menjadi berbasis energi baru terbarukan yang akan mampu memberdayakan masyarakat sekitar,” ujarnya.

Selain PLTSa Surakarta, PLN juga sudah berkontrak dengan dua PLTSa lainnya yakni PLTSa Benowo di Surabaya yang3 sudah COD pada Maret 2020 dan PLTSa Sunter di Jakarta saat ini sedang dalam tahap pemenuhan prasyarat kontrak.

Gibran Rakabuming Raka,Wali Kota Solo, menekankan melalui PLTSa ini, Pemkot Surakarta mampu mengolah 545 ton sampah per hari untuk didistribusikan ke PLTSa ini. Dengan menggunakan incinerator, energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut untuk menggerakan generator yang kemudian menghasilkan listrik.
Pemkot Solo juga memastikan dukungannya untuk mempercepat selesainya PLTSa ini dari sisi pengadaan lahan.

Tak hanya itu, keberadaan proyek ini juga turut mencetak lapangan kerja bagi warga sekitar. Pasalnya, dalam pembangunan konstruksi PLTSa terbesar di Jawa Tengah ini pengerjaannya melibatkan 100 % tenaga kerja lokal.

“Kami memberikan dukungan penuh dari sisi pengadaan lahan sehingga proyek ini bisa segera selesai. Sebab, PLTSa ini juga menjadi pilot project Pemkot agar juga bisa menciptakan lingkungan yang sehat khususnya di wilayah kota Surakarta,” ujar Gibran.(RA)